Deformasi Tektonik
GEOLOGI UMUM
Deformasi Tektonik
Disusun oleh :
Kelompok 2
ILHAM RAHMAT YADI [14136004]
RIMA FADHILLA ULFA
[14136034]
SUCI PURNAMA SARI [14136060]
Dosen Pembimbing: Deded Chandra, S.Si, M.Si
Prodi
Geografi
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah geologi umum. Selain itu ucapan
terimakasih disampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, Deded Chandra,
S.Si, M.Si yang telah memberikan gambaran awal mengenai studi geologi umum
sehigga makalah ini dapat diselesaikan dengan referensi yang disarankan.
Dalam
makalah ini khusus membahas tentang deformasi tektonik, yaitu tentang
pengertian, gaya yang menyebabkan deformasi, dan apa saja yang terbentuk akibat
deformasi tersebut.
Penulis
telah mencoba memberikan kinerja yang maksimal. Namun kembali pada hakikatnya
bahwa penulis hanyalah manusia biasa. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dari makalah ini.
Pembahasan dalam makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan mengenai deformasi
tektonik.
Padang,
10 April 2015
PENULIS
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
Daftar Gambar..............................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar
belakang.......................................................................................1
1.2.Rumusan
Masalah..................................................................................2
1.3.Tujuan....................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1.
Pengertian Deformasi....................................................................... ..3
2.2.
Deformasi Kerak Bumi....................................................................... 3
2.3.
Jenis Gaya yang Menyebabkan Deformasi ........................................ 6
2.4.
Jenis Struktur Geologi ....................................................................... 8
Bab III Penutup
3.1.Kesimpulan........................................................................................18
3.2.Saran..................................................................................................18
Daftar Pustaka...............................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1. Pergeseran kerak bumi................................................................. 4
Gambar
2.2. Model deformasi kerak bumi ...................................................... 5
Gambar 2.3.Tegasan seragam/uniform stress (atas), tegasan tensional (kiri),
tegasan komperensional (kanan), dan tegasan
geser/shear stress (bawah)............................................................. 7
Gambar
2.4. Kekar gerus (shear joint) ............................................................. 9
Gambar
2.5. Kekar tensional (tensional joint).................................................. 9
Gambar
2.6. Normal fault ............................................................................. 11
Gambar
2.7. Horst dan graben ...................................................................... 12
Gambar
2.8. Half dan graben.........................................................................
12
Gambar
2.9. Reverse faults ........................................................................... 13
Gambar
2.10.Reverse faults dengan sudut tertentu ...................................... 13
Gambar
2.11.Strike slip faults........................................................................
15
Gambar
2.12.Transform faults.......................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pada 225 juta tahun yang lalu,
seluruh daratan di bumi ini merupakan satu kesatuan yang disebut dengan Benua
Pangaea pada zaman permian. Pergerakan lapisan bumi terus terjadi saat 200 juta
tahun yang lalu pada zaman triassic terbagi menjadi 2 Benua Laurasia dan Benua
Gondwanaland. Pergerakan lapisan bumi terjadi hingga saat ini terbagi menjadi 5
belahan benua. Perubahan keadaan permukaan bumi terjadi selama 4 zaman kurang
lebih selama 225 juta tahun. Lapisan
litosfer terlihat seolah-olah mengapung dan selalu dalam keadaan tidak stabil,
bergerak kerena adanya beban atau adanya gaya yang bekerja kepadanya. Salah
satu tenaga endogen yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng adalah deformasi.
Deformasi adalah perubahan posisi,
bentuk, dan ukuran materi (Kuang, 1996).
Bekerjanya beban atau gaya berat yang disertai pengaruh gaya berat dari suatu
materi di sekitarnya dalam selang waktu tertentu mempengaruhi bentuk geometri
materi tersebut.
Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun
patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan
batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan
simetri, asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune),
sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault).
Manusia dan makhluk hidup lainnya sebagai penghuni bumi berkaitan
erat dengan deformasi tektonik dan dapat merasakan proses deformasi tektonik
baik yang telah terjadi maupun proses deformasi yang sedang berlangsung, serta
akibat yang ditimbulkan dari proses deformasi tersebut. Oleh karena itu, dalam
makalah ini penulis merasa perlu untuk membahas deformasi tektonik, gaya yang
menyebabkan dan bentukan yang terjadi akibat proses deformasi tektonik ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa rumusan yang ingin dibahas dalam makalah
yang akan membahas tentang deformasi tektonik, antara lain:
1.
Apa itu deformasi ?
2.
Bagaimana proses deformasi kerak bumi?
3.
Apa gaya yang menyebabkan deformasi ?
4.
Apa saja jenis struktur geologi yang terbentuk akibat
deformasi ?
1.3 TUJUAN
Yang
menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
tentang proses deformasi kerak bumi, gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi
dan apa saja jenis struktur yang terbentuk akibat deformasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DEFORMASI
Deformasi adalah perubahan
posisi, bentuk, dan ukuran materi (Kuang,
1996). Bekerjanya beban atau gaya berat yang disertai pengaruh gaya berat
dari suatu materi di sekitarnya dalam selang waktu tertentu mempengaruhi bentuk
geometri materi tersebut. Berdasarkan
definisi deformasi dapat diartikan sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan
suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik
bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan
dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain. Perubahan
kedudukan atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada suatu sitem
kerangka referensi (absolut atau relatif).
Deformasi
terjadi pada suatu materi memiliki 2 sifat, yaitu :
1.
Sifat
elastis; materi mengalami deformasi akan kembali ke bentuk semula setelah gaya
deformasinya tidak bekerja pada materi tersebut.
2.
Sifat
plastik; materi yang mengalami deformasi tidak akan kembali ke bentuk awal
setelah adanya deformasi karena efek-efek yang terjadi menempel pada materi
terdeformasi.
Sedangkan
berdasarkan jenisnya, deformasi yang terjadi pada suatu benda dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :
1.
Translasi
materi yang bersifat kaku, yaitu perpindahan materi tanpa mengalami perubahan
bentuk sesuai acuan.
2.
Rotasi,
yaitu perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang membentuk
perubahan sudut terhadap koordinat acuan.
3.
Regangan
normal, yaitu perbandingan perubahan panjang terhadap panjang asalnya.
4.
Regangan
geser/regangan menyilang, yaitu perubahan sudut dalam benda padat ketika
terdeformasi.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol
terjadinya deformasi suatu materi adalah :
1 Temperatur dan tekanan ke semua arah; pada temperatur dan
tekanan yang rendah akan lebih cepat
terjadi patahan, pada temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi lenturan
atau bahkan lelehan.
2 Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan;
gerakan yang cepat dapat menyebabkan patahan, sedangkan gerakan yang lambat
dapat menimbulkan lenturan, tergantung dari bahan yang bersangkutan dan dari
keadaan-keadaan lain.
3 Sifat material, yang bisa lebih rapuh atau lebih lentur.
Tekanan
merupakan gaya yang diberikan atau dikenakan pada suatu medan atau area.
Tekanan terbagi menjadi tekanan seragam (uniform
stress) yaitu gaya yang bekerja pada suatu materi sama atau seragam di
semua arah, dan tekanan diferensial atau tekanan dengan gaya yang bekerja tidak
sama di setiap arah. Tekanan diferensial terbagi menjadi tensional stress, compressional
stress, dan shear stress.
2.2.
Tahapan Deformasi
Ketika suatu batuan dikenakan
tekanan dengan besar tertentu, maka batuan itu akan mengalami tiga tahap
deformasi, yaitu :
a. Elastic deformation
Elastic deformation adalah deformasi batuan yang
bersifat sementara atau tidak permanen. jadi ketika tekanan yang diberikan pada
batuan tersebut dihilangkan, maka bentuk batuan tersebut akan kembali seperti
semula. Elastisitas ini memiliki batas yang disebut elastic limit. Apabila batas elastisitas ini dilampaui, maka bentuk
batuan tidak akan kembali seperti semula.
b. Ductile deformation
Ductile deformation merupakan tahapan deformasi setelah
elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk dan volume batuan tidak kembali.
c. Fracture deformation
Fracture
deformation merupakan tahapan deformasi yang tejadi setelah batas atau limit elastic deformation dan ductile
deformation dilampaui
Gambar
2.1. tahapan deformasi
Sumber:
google.com
2.3.
Deformasi Kerak Bumi
Perubahan permukaan bumi ini yang
mengakibatkan adanya batas – batas lempeng tektonik di masing – masing lapisan
bumi. Pergerakan yang berasal dari tenaga endogen ini mengakibatkan sebuah
siklus batuan dalam peroses pergeseran lempeng.
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis.
Lempeng tektonik merupakan sebuah siklus batuan di bumi yang terjadi dalam skala waktu geologi. Siklus batuan tersebut terjadi dari pergerakan lempeng bumi yang bersifat dinamis.
Gambar 2.2. Pergeseran kerak bumi
Sumber: geologist blog.com
Dengan pergerakan lempeng tektonik yang terjadi mampu
membentuk muka bumi serta menimbulkan gejala – gejala atau kejadian – kejadian
alam seperti gempa tektonik, letusan gunung api, dan tsunami. Pergerakan
lempeng tektonik di bumi digolongkan dalam tiga macam batas pergerakan lempeng,
yaitu konvergen, divergen, dan transform (pergeseran).
1. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik
bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun
berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).
2. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang
bergerak saling memisah (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan
pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses
ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah
antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. Pematang Tengah-Atlantik
(Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi yang paling terkenal,
membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua
Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3. Batas Konvergen
Terjadi apabila dua lempeng tektonik
tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak
saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another). Wilayah dimana suatu
lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain
disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering
terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic
trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
Dua abad lalu, jarak antara sejumlah
monumen-monumen survei di Yunani diukur dengan sangat akurat. Pada tahun 1988
team ilmiah mengukur kembali jarak-jarak tersebut, dan menemukan bahwa Yunani
lebih panjang satu meter. Mereka juga mendapatkan bahwa Yunani sedang
terpelintir (twisted), bagian ujung Selatan, Peloponnesus, bergerak ke
Baratdaya. Penyebab pemanjangan dan pelintiran ini adalah tektonik lempeng.
Afrika bergerak ke Utara, perlahan-lahan mendorong sebagian lantai laut
Mediteran kebawah Yunani. Gaya tektonik secara kontinu menekan, menarik,
melengkungkan dan mematahkan batuan litosfir.
Gambar 2.3
Model deformasi kerak bumi
Sumber: geologist blog.com
Sumber energi tektonik berasal dari
energi panas bumi yang diubah menjadi energi mekanik oleh arus konveksi. Aliran
konveksi sangat besar, batuan panas dalam mesosfir dan astenosfir pelahan-lahan
menyeret dan melengkungkan litosfir secara kontinu yang akhirnya menyebabkan
batuan terdeformasi. Contohnya lempeng India-Australia yang mendesak lempeng Eurasia,
tercermin pada sesar Sumatra. Gerakannya tidak teramati tetapi hasilnya berupa
Bukit-barisan dan seringnya terjadi gempa-bumi didaerah ini.
2.4.JENIS
GAYA YANG MENYEBABKAN DEFORMASI
1. Tekanan Litostatik
Tekanan yang terjadi
pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal sebagai tekanan hidrostatik.
Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu benda yang berada di dalam air
adalah berbanding lurus dengan berat volume air yang bergerak ke atas atau volume
air yang dipindahkannya.
Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam
air, maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang sama
seperti benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh lebih besar
ketimbang benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan karena batuan
yang berada di dalam bumi mendapat tekanan yang sangat besar yang dikenal
dengan tekanan litostatik. Tekanan litostatik ini menekan kesegala arah dan
akan meningkat ke arah dalam bumi.
2. Tegasan (Stress Forces)
Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari
suatu benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
Penyebab deformasi pada batuan
adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh karena itu untuk memahami
deformasi yang terjadi pada batuan, maka kita harus memahami konsep tentang
gaya yang bekerja pada batuan. Tegasan (stress)
dan tegasan tarik (strain stress)
adalah gaya gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka bumi.
Salah satu jenis tegasan yang biasa
kita kenal adalah tegasan yang bersifat seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara
seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban
yang menutupi batuan adalah tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan
kesegala arah tidak sama (tidak seragam) maka tegasan yang demikian dikenal
sebagai tegasan diferensial.
Tegasan
diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tegasan
tensional, adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami peregangan
atau mengencang.
2. Tegasan
kompresional, adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan mengalami
penekanan.
3. Tegasan
geser, adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan berpindahnya
batuan.
Ketika batuan terdeformasi maka
batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan merubah bentuk, ukuran, atau volume
dari suatu batuan. Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami
peningkatan gaya tegasan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan.
Gambar 2.4
Tegasan seragam/uniform stress (atas), tegasan tensional (kiri),
tegasan komperensional (kanan), dan tegasan geser/shear stress (bawah)
Sumber: geologist blog.com
3. Gaya Tarikan (Tensional Forces)
Gaya
tarikan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan perubahan
panjang, bentuk (distortion) atau
dilatasi (dilation) atau
ketiga-tiganya.
Bila terdapat perubahan tekanan
litostatik, suatu benda (homogen)
akan berubah volumenya (dilatasi)
tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan mengembang bila gaya
hidrostatiknya diturunkan. Perubahan
bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu benda. Bila suatu
benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui ketiga fasa, yaitu fasa
elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah.
Setiap batuan mempunyai kekuatan
yang berbeda-beda, walaupun terdiri dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan
kondisi pembentukannya juga berbeda-beda. Bahan yang rapuh biasanya pecah
sebelum fase plastisitas dilampaui, sementara bahan yang plastis akan mempunyai
selang yang besar antara sifat elastis dan sifat untuk pecah. Hubungan ini
dalam mekanika batuan ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan. Kekuatan batuan biasanya mengacu pada gaya
yang diperlukan untuk pecah pada suhu dan tekanan permukaan tertentu.
Batuan yang terdapat di Bumi
merupakan subyek yang secara terus menerus mendapat gaya yang berakibat tubuh
batuan dapat mengalami pelengkungan atau keretakan. Ketika tubuh batuan
melengkung atau retak, maka kita menyebutnya batuan tersebut terdeformasi (berubah
bentuk dan ukurannya).
2.4.
JENIS-JENIS STRUKTUR GEOLOGI
Dalam
geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari
gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu :
1. Kekar (Fractures)
Kekar adalah
struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja
pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh
:
a). Pemotongan
bidang perlapisan batuan;
b). Biasanya
terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
c) kenampakan
breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
a.
Shear Joint (Kekar
Gerus), adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk
sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat
tertutup.
b.
Tensional Joint (Kekar Tensional), adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama,
Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
c.
Extension Joint, adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya
utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
Gambar 2.5
Kekar Gerus (Shear Joint)
1Gambar 2.6
Kekar Tensional (Tensional Joint)
Sumber: geologist blog.com
2. Lipatan (Folds)
Lipatan
adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga
batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu :
a)
Lipatan
Sinklin, adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas.
b)
Lipatan
Antiklin, adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Berdasarkan
kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
a.
Lipatan
Paralel, adalah lipatan dengan ketebalan lapisan
yang tetap.
b.
Lipatan
Similar, adalah lipatan dengan jarak lapisan
sejajar dengan sumbu utama.
c.
Lipatan
Harmonik atau Disharmonik, adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya
sumbu utama.
d.
Lipatan
Ptigmatik, adalah lipatan terbalik terhadap
sumbunya.
e.
Lipatan
Chevron, adalah lipatan bersudut dengan bidang
planar.
f.
Lipatan
Isoklin, adalah lipatan dengan sayap sejajar.
g.
Lipatan
Klin Bands, adalah lipatan bersudut tajam yang
dibatasi oleh permukaan planar.
3.
Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar
adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh
struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi
suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :
a) Gawir sesar
atau bidang sesar
b) Breksiasi,
gouge, milonit
c) Deretan mata
air
d) Sumber air
panas
e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan
f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar,
gores garis, lipatan dsb.
Sesar dapat
dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama
patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka konsep jurus dan
kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu
bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
a.
Dip Slip Faults, adalah
patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined)
dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset
terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita
melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah
mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya bergerak, semuanya dapat
kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang
yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada
diatas patahan sebagai “hanging wall
block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
b.
Normal Faults, adalah
patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan yang
bersifat retas dimana “hangingwall block”
telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
Gambar 2.7 Normal Fault
Sumber: geologist blog.com
c.
Horsts dan Grabens, dalam
kaitannya dengan sesar normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan
tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan
dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian
dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben”
sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang
bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran
benua yang menghasilkan suatu “Rift”.
Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah
di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
Gambar 2.8 Horsts dan
Gabens
Sumber: geologist .com
d.
Half-Grabens, adalah
patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan besar
kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan
blok yang turun mengalami rotasi.
Gambar 2.9 Half-Graben
Sumber: geologist .com
e.
Reverse Faults, adalah
patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang
bersifat retas, dimana “hanging wall
block” berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”.
Gambar 2.10 Reverse
Faults
Sumber: geologist .com
f.
A Thrust Fault, adalah
patahan “reverse fault” yang
kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari
sesar “Thrust fault” dapat mencapai
hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai
menutupi batuan yang lebih muda.
Gambar 2.11 Reverse
Faults dengan sudut tertentu
Sumber: geologist .com
g.
Strike Slip Faults, adalah
patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah patahan.
Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi.
Patahan jenis “strike slip fault”
dapat dibagi menjadi 2 tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati
pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan
yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri
kita sebut sebagai patahan “left-lateral
strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah
kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral
strike-slip fault”. Contoh patahan jenis strike slip fault yang sangat
terkenal adalah patahan San Andreas di California dengan panjang mencapai lebih
dari 600 km.
Gambar 2.11 Strike Slip
Faults
Sumber: geologist .com
h. Transform
Faults, adalah
jenis patahan “strike-slip faults”
yang khas terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu
dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di
pematang samudra yang mengalami pergeseran (offset),
dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan
dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif
diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama.
Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture
zones). Patahan San Andreas di California termasuk jenis patahan transform
fault.
Gambar 2.13 Transform
Faults
Sumber: geologist.com
2.5.
Pengontrol Deformasi
Percobaan-percobaan di laboratorium
menunjukkan bahwa deformasi batuan, selain tergantung pada besarnya gaya yang bekerja,
juga kepada sifat fisika dan kompisis batuan serta lingkungan tektonik dan
waktu.
Faktor-faktor
yang mengontrol terjadinya deformasi adalah :
a.
Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat
semakin ductile sifatnya dan
keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan pada
suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian pula
halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di
bawah permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.
b. waktu dan strain rate
pengaruh waktu dalam deformasi
batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat dipengaruhi oleh waktu. strain
yang terjadi bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan dalam
volume per unit volume per detik, di
bumi berkisar 10-14/detik sampai 10-15/detik. Makin
rendah strain rate batuan, makin
besar kecendrungan terjadinya deformasi ductile.
c. Suhu
Pengaruh suhu, confining pressure dan strain
rate pada batuan, seperti ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana
suhu dan confining presssure rendah
tetapi strain rate tinggi, batuan
cenderung rapuh dan patah. Sedangkan pada suhu tinggi, confining pressure tinggi dan strain
rate rendah. Sifat batuan akan menjadi kurang regas dan mudah patah.
d. Komposisi
Komposisi
batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua aspek.
Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti
kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle,
sedangkan yang lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan gipsum) bersifat ductile. Kedua, kandungan air dalam
batuan akan mengurangi keregasan dan memperbesar keduktilannya. Pengaruh air
dapat memperlemah ikatan kimia antar butir-butir.
BAB
III
PENUTUP
2.5.
KESIMPULAN
Deformasi adalah perubahan posisi, bentuk, dan ukuran materi (Kuang, 1996). Bekerjanya beban atau
gaya berat yang disertai pengaruh gaya berat dari suatu materi di sekitarnya
dalam selang waktu tertentu mempengaruhi bentuk geometri materi tersebut.
Deformasi
terjadi pada suatu materi memiliki 2 sifat, yaitu :
1.
Sifat
elastis; materi mengalami deformasi akan kembali ke bentuk semula setelah gaya
deformasinya tidak bekerja pada materi tersebut.
2.
Sifat
plastik; materi yang mengalami deformasi tidak akan kembali ke bentuk awal
setelah adanya deformasi karena efek-efek yang terjadi menempel pada materi
terdeformasi.
Sedangkan
berdasarkan jenisnya, deformasi yang terjadi pada suatu benda dapat
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu :
1.
Translasi
materi yang bersifat kaku, yaitu perpindahan materi tanpa mengalami perubahan
bentuk sesuai acuan.
2.
Rotasi,
yaitu perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan bentuk yang membentuk
perubahan sudut terhadap koordinat acuan.
3.
Regangan
normal, yaitu perbandingan perubahan panjang terhadap panjang asalnya.
4.
Regangan
geser/regangan menyilang, yaitu perubahan sudut dalam benda padat ketika
terdeformasi.
2.6.
Saran
Setelah mengetahui tentang deformasi
tektonik dan berbagai macam proses dan pengaruhnya diharapkan agar pembaca
tidak hanya berhenti sampai disini, tetapi pembaca diharapkan mampu mendalami
ilmu ini baik dilingkungan akademik maupun aplikasinya dalam kehidupan.
Demikianlah makalah ini penulis
sajikan. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang.2006. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP UNS.
Meurah, Cut, dkk. 2006. Geografi. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Wardiyatmoko, K. 2006. Geografi. Jakarta: Erlangga.
Tiyatno,
Sulis. 2013. Tektonik dan Geologi
Struktur. (online). Diakses pada tanggal 11 April 2015.
http://godamaiku.blogspot.com/2014/04/tektonik-geologi-struktur.html.
Komentar
Posting Komentar