Analisis Demografi Kota Pariaman



ANALISIS DEMOGRAFI WILAYAH KOTA PARIAMAN


Disusun oleh :
Brisandi [14136056]
Habby Burridho [14136018]
Ilham Rahmat Yadi [14136004]
Kamal Abdul Naser [14136020]
Rafelito [14136042]
Restiana [14136006]
Sisva Yetty [14136024]
Yusuf Lazuardy [14136044]






PRODI GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang bencana angin putting beliung yang terjadi di daerah nagari padang galugur pasaman, sebab-sebab serta cara penanggulangannya.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.




                                                                                       Maret 2015


                                                                                                               Penulis 











DAFTAR ISI


Kata pengantar............................................................................
Daftar isi.....................................................................................
Daftar bagan...............................................................................
Daftar gambar.............................................................................
Bab I pendahuluan.....................................................................
1.    Latar belakang...................................................................
2.    Rumusan masalah.............................................................
3.    Tujuan penulisan..............................................................
Bab II pembahasan.....................................................................
Bab III penutup..........................................................................
1.    Kesimpulan.......................................................................
2.    Saran..................................................................................
Daftar pustaka............................................................................








Daftar bagan





















Daftar tabel




BAB I
PENDAHULUAN

1.      ANALISIS SITUASI
1.1.  Geografis, Topografis dan Geohidrologi
Secara geografis, posisi Kota Pariaman terletak antara 0o 33’ 00’’ – 0o 45’ 00’’ Lintang Selatan dan 100o 07’ 00’’ – 100o 16’ 00’’ Bujur Timur, dengan keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin darat dengan curah hujan rata-rata 2.456 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 25o C.
Keadaan Topografi Kota Pariaman berupa daratan seluas 73,36 km2 atau 80 persen dari wilayah daratan merupakan daratan rendah dengan ketinggian antara 2 - 35 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan daerah bergelombang yaitu 20 persen. Kemiringan tanah yaitu 3 persen – 15 persen.
Kota Pariaman memiliki jenis batuan resen dan  tuna vulkan. Keadaann topografi wilayah dan geomorfologi dan bentuk wilayah secara bersama-sama membentuk pola aliran sungai. Kota Pariaman dilalui oleh 4 buah sungai yaitu Batang Manggung yang melalui kecamatan Pariaman Utara, Batang Piaman dan Batang Jirak yang melewati Kecamatan Pariaman Tengah dan Batang Manggau yang melalui Pariaman Selatan.Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kota Pariaman pada umumnya relative besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini sehingga memudahkan penduduk dalam pengggunaaannya. [1]
1.2. Administratif
Berdasarkan Undang-Undang  No.  12 tahun 2002, Kota otonom Pariaman terdiri dari 3 kecamatan, 55 desa dan 16 kelurahan. Luas wilayah Kota Pariaman adalah 73,36 Km2 dengan panjang garis pantai 12 Km. 0,17% dari luas Propinsi Sumatera Barat.) dengan luas wilayah daratan 73,36 Km² dan luas lautan 282,69km². Wilayah Kota Pariaman yang paling luas yaitu Kecamatan Pariaman Utara dengan luas 28,45 Km², serta yang  terkecil adalah wilayah kecamatan Pariaman Selatan dengan luas 21,14 Km².
            Letak Kota Pariaman secara administratif pemerintahan yakni, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan V Koto Kampung Dalam, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nan Sabaris, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan VII Koto Sungai Sariak dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
1.3. Kependudukan
Berdasarkan hasil pencatatan pada tahun 2010, penduduk Kota Pariaman berjumlah 79.073 jiwa dengan tingkat kepadatan 1077,88 orang dalam satuan luas kilometer wilayah. Penduduk terbanyak berada pada Kecamatan Pariaman Tengah yakni 28.980 orang, sedangkan kecamatan yang memiliki penduduk paling sedikit adalah Pariaman Timur dengan jumlah 14.895 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi ditemukan pada Kecamatan Pariaman Tengah yaitu 1.911,61 sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Pariaman Timur yakni 809,07 jiwa. [2]
Tabel 1.     Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan pada masing Kecamatan di Kota Pariaman tahun 2010
No.
Kota Pariaman
Luas (km2)
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk
1
Pariaman Utara
23,57
19.167
-
813,19
2
Pariaman Tengah
15,16
28.980
-
1911,61
3
Pariaman Selatan
16,22
16.031
-
988,35
4
Pariaman Timur
18.41
14.895
 -
809,07
Total
73,36
79.073
7.5%
1077,88
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman, 2010
Kecamatan Pariaman Timur merupakan kecamatan yang baru saja dibentuk sehingga data mengenai tingkat pertumbuhan penduduknya belum tersedia.
Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa luas wilayah Kota Pariaman 73,36 Km dengan jumlah penduduk 79.073 jiwa, merupakan kota yang tergolong kecil jika dibandingkan dengan Kota Padang sebagai ibukota propinsi. Namun begitu, Kota Pariaman hampir memiliki jumlah penduduk yang sama dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat seperti Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto dan Kota Solok serta Kota Payakumbuh.
            Kepadatan penduduk Kota Pariaman terlihat tidak merata di setiap Kecamatan. Kecamatan Pariaman Tengah yang wilayahnya paling kecil 15,16 Km2 tapi mempunyai kepadatan penduduk yang sangat tinggi 1.911,6 jiwa/Km2 dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini menyebabkan lingkungan hidup di Kecamatan Pariaman Tengah ini juga mendapatkan tekanan yang paling tinggi pula bahkan melebihi dua kali lipat wilayah Kecamatan lainnya. Kecamatan Pariaman Selatan dengan wilayah 16,22 Km2 mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 988,3 jiwa/Km2 atau hampir setengah kepadatan penduduk di Kecamatan Pariaman Tengah.
            Kecamatan Pariaman Timur dengan luas wilayah 18.41 Km2 mempunyai kepadatan penduduk sebesar 809 jiwa per Km2, sedangkan wilayah Kecamatan Pariaman Utara adalah wilayah yang terluas diantara Kecamatan lainnya, yaitu 23,57 Km2 kepadatan penduduknya 813,2 jiwa/Km2.
            Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pariaman Tengah mendapat tekanan yang paling tinggi dari sisi jumlah penduduk dan Kecamatan Pariaman Timur mendapatkan tekanan paling rendah. Kecamatan kepadatan tertinggi adalah kecamatan Pariaman Tengah yang merupakan Ibu kota Kota Pariaman. Kepadatan jumlah penduduk pada kecamatan ini tidak lepas dari historis perkembangan wilayah yaitu sebagai Ibu kota Kabupaten Padang Pariaman sekaligus juga pusat kegiatan perkonomian Kota Pariaman.
Tinggi-rendahnya tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah akan langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesempatan-kesempatan ekonomi. Pada wilayah agraris terutama perdesaan, maka kesempatan ekonomi erat kaitannya dengan kepemilikan dan luas ke-pemilikan lahan pertanian. Semakin padat penduduk, maka semakin sempit pemilikan dan penguasaan lahan, dan berarti semakin sedikit produksi yang dapat dihasilkan per individu. Semakin padat juga berpengaruh terhadap nilai lahan, baik itu untuk keperluan pertanian maupun pemukiman. Biasanya penduduk miskin akan banyak kehilangan kesempatan-kesempatan ekonomi karena pengaruh kepadatan penduduk yang tinggi.


                       





Gambar 2. Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pariaman
            Laju pertumbuhan penduduk Kota Pariaman sebesar 7,5%. Angka ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Barat yaitu 6,5%, walaupun pada beberapa kecamatan belum memiliki angka pertumbuhan yang akurat, karena baru saja di mekarkan.
            Jika ditinjau komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan 50,86% sedangkan persentase berjenis kelamin laki-laki hanya 49,14%. Artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Pariaman tidaklah begitu mencolok perbedaanya. Namun sangat berbeda di Kecamatan Pariaman Tengah dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah perempuan (Tabel 2.2). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Pariaman Tengah ini adalah pusat pemerintahan, maka jumlah laki-laki lebih dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri yang dominan dan menetap di ibukota Pariaman.
Tabel 2.     Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada masing Kecamatan di Kota Pariaman tahun 2010
No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Pariaman Tengah
15,488
15,022
30,470
2
Pariaman Utara
9.416
10.107
19.523
3
Pariaman Selatan
7.981
8.135
16.116
4
Pariaman Timur
7.003
7.712
15.389

Total
38.724
32.366
79.449
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman, 2010








Gambar 3.     Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan di Kota Pariaman
Dari Gambar 2.2 terlihat tiga dari empat kecamatan di Kota Pariaman memiliki jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Sementara pada pada Kecamatan Pariaman Tengah jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibanding perempuan.
Keadaaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan Pemerintah Kota Pariaman. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan tingkat kualitas yang memadahi menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban pembangunan.
Dari berbagai hasil sensus, survei maupun pencatatan administrasi penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Pariaman secara absolut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertambahan jumlah penduduk tersebut akibat dari angka kelahiran yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan angka kamatian yang relatif masih rendah, sedangkan pengaruh perpindahan (migrasi) sangat kecil.
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hak dasar rakyat seperti tertera dalam UUD 1945 Pasal 31 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembangunan pendidikan seperti halnya kesehatan adalah investasi bangsa dan juga investasi keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan kesempatan sosial, ekonomi, maupun politik.
Dilihat dari tingkat pendidikan, penduduk Kota Pariaman lebih didominasi oleh penduduk dengan pendidikan setingkat SLTA. Masih sedikit penduduk yang ditemui berpendidikan sarjana. Sementara penduduk yang berpendidikan dibawah SLTP merupakan jumlah yang dominan (Tabel DS-2 dan DS-4).








Gambar 4.     Penduduk berusia 5 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
1.4. Kesehatan
Kebutuhan akan kesehatan merupakan hak dasar rakyat seperti yang dicantumkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Sistem Kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah investasi bangsa dan juga investasi keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan kesempatan sosial, ekonomi, maupun politik. Dengan demikian kesehatan berhubungan dengan kesejahteraan masa depan masyarakat dan bangsa.
            Dari data kesehatan yang ada Kota Pariaman termasuk memiliki tingkat layanan kesehatan yang baik. Hal ini dapat terlihat dari indikator-indikator kesehatan standar seperti usia harapan hidup, angka kematian bayi, balita merupakan aspek yang dapat menjadi acuan dari pembangunan manusia untuk sektor kesehatan. Angka harapan hidup mengindikasikan sejauh mana masyarakat mencapai derajat kesehatan yang baik mulai dari resiko sakit, gizi, kehamilan, pola-pola hidup sehat dan sampai pada aksesibility masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
            Dalam periode tahun 2009 dan 2010 Kota Pariaman mampu menekan angka kematian bayi dari tingkat kematian bayi berjumlah 40 orang menjadi  22 orang atau 13,48/1.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk tahun 2010 berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil angka kematian bayi menurun tajam menjadi 4 orang. Pencapaian ini tentunya tidak terlepas dari upaya-upaya Pemerintah Kota Pariaman dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman dalam mensosialisasikan program-program hidup sehat serta sanitasi dan gizi yang baik kepada ibu-ibu hamil di wilayah Kota Pariaman.
            Banyak faktor keberhasilan yang telah mempengaruhi aspek kesehatan ini salah satunya adalah semakin membaiknya variable-variabel kesehatan di Kota Pariaman, tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat serta semakin membaik pula pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan lingkungan dan pemahaman akan pentingnya kesehatan itu sendiri.
            Secara teoritis sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat merupakan modal dasar untuk kelangsungan pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan mendekatkan pelayanan kebidanan kepada ibu yang membutuhkan. Penurunan AKB sangat ber-pengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan UHH pada waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
            Walaupun indikator kesehatan cenderung membaik, namun untuk beberapa penyakit yang diderita masyarakat Kota Pariaman ini masih relatif lebih banyak di temukan. Terutama pada penyakit pernafasan yang di sebabkan antara lain oleh debu dan polusi disamping ada beberapa penyakit lainnya seperti infeksi kulit, reumhatik,  dan penyakit  lainnya. Dalam hal ini masih dipandang perlu upaya-upaya Dinas Kesehatan untuk menekan jumlah penderita penyakit-penyakit tersebut diatas, terutama penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
            Tingginya penderita penyakit ISPA merupakan indikator terhadap kualitas udara yang tercemar. Namun jika dilihat dari kualitas udara Kota Pariaman, dari parameter yang diamati terlihat masih berada dibawah baku mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan data ini, jelas terlihat faktor penyebab tingginya penderita ISPA bukan hanya disebabkan oleh kualitas udara saja, akan tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti pola hidup tidak sehat, sanitasi lingkungan dan lain-lain.

            Data dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman menyatakan penderita penyakit ISPA pada tahun 2009 sebanyak 7.945 penderita telah mengalami peningkatan pada tahun 2010 ini menjadi 9.542 penderita. Terjadi peningkatan yang cukup tajam pada rentang tahun pengamatan.

            Peningkatan jumlah penduduk berakibat semakin tinggi pula tekanan terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penduduk yang ber-dampak langsung atau tidak langsung terhadap lingkungan seperti limbah padat ataupun limbah cair. Hal ini  memberi konsekuensi terhadap kesehatan lingkungan masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak pula kepada kesehatan masyarakat itu sendiri.

Tabel 3.     Jenis penyakit utama yang diderita penduduk Kota Pariaman
No.
Jenis Penyakit
Jumlah Penderita
% terhadap Total Penderita
1.
Penyakit saluran pernapasan bhg.atas (ISPA)/ Upper Disaesa Channel Exhalation
9542
31,27
2.
Penyakit Infeksi Kulit/Dematiities Disaesa
5085
16,66
3.
Penyakit Reumatik/Rheumatism Disaesa
3298
10,81
4.
Penyakit Kulit Karena Alergi
2684
4,41
5.
Penyakit Gastritis/Gastritis Disaesa
2287
7,49
6.
Penyakit Diare/Diarrhoe Disaesa
2151
7,05
7.
Penyakit Pulpa dan Jaringan Periepikel
1888
6,19
8.
Kecelakaan dan Ruda Paksa
1418
4,65
9.
Penyakit Hipertensi/Hypertension Disaesa
1346
4,41
10.
Abses
308
1,01
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pariaman Tahun 2009
Table 4.  Sepuluh jenis penyakit terbanyak kunjungan di Puskesmas
No.
Jenis Penyakit
kunjungan kasus
Persentase
1.
Penyakit saluran pernapasan bhg.atas (ISPA)/ Upper Disaesa Channel Exhalation
13,804
2.13
2.
Penyakit Infeksi Kulit/Dematiities Disaesa
4,651
2.02
3.
Penyakit Reumatik/Rheumatism Disaesa
4,582
1.46
4.
Penyakit Gastritis/Gastritis Disaesa
3,382
1.43
5.
Penyakit Diare/Diarrhoe Disaesa
2,964
1.30
6.
Penyakit Hipertensi/Hypertension Disaesa
2,621
1.02
7.
Penyakit Asma / Asthma disease
1,905
0.56
8.
Penyakit gigi / Dent Disease
1,583
0.51
9.
Penyakit bronchitis / Bronchitis Disease
1,436
0.37
10.
Penyakit infeksi jamur /  Infection Mushroom Disease
1,043
0.35
Sumber : Pariaman dalam angka 2010
Pembangunan di bidang kesehatan menunjukkan kemajuan yang relatif cukup baik walaupun masih ditemukan permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian berbagai indikator kesehatan pada tahun 2008 sebagai berikut : usia harapan hidup (67,7), angka kematian bayi ( 21 Orang ), angka kematian ibu melahirkan ( 1 Orang ) dan status gizi buruk ( 17 orang ).
Peningkatan kinerja di bidang kesehatan ini tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah maupun bantuan pemerintah pusat dalam meningkatkan fasilitas atau jumlah sarana dan prasarana kesehatan, seperti puskesmas, pustu dan lainnya, serta peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan serta penyediaan obat-obat esensial bagi masyarakat.
Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dilihat melalui :
1.        Pelayanan kesehatan dasar, yaitu peningkatan mutu pelayanan dengan quality insurance yang dapat dilihat dari indikator  seperti meningkatnya angka kunjungan puskesmas,  peningkatan kualitas peralatan puskesmas, puskesmas pembantu serta peningkatan puskesmas pembantu menjadi puskesmas.
2.        Peningkatan sarana pelayanan kesehatan, yang terdiri dari puskesmas yang juga diperkuat dengan puskesmas pembantu dan puskesmas keliling, pada tahun 2007 jumlah puskesmas mencapai 4 unit, puskesmas pembantu 9 unit dan puskesmas keliling 6 unit, rumah bersalin 7 unit, rumah obat 1 unit, apotik 6 unit, posyandu 132 unit, dan terdapat 5 unit klinik swasta. Maka pada tahun 2007 jumlah puskesmas mencapai 6 unit, puskesmas pembantu 9 unit dan puskesmas keliling 14 unit, rumah bersalin 7 unit, rumah obat 1 unit, apotik 6 unit, posyandu 132 unit, dan terdapat 5 unit klinik swasta Walaupun fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh pustu, namun pemerataan & keterjangkauan pelayanan kesehatan kadangkala masih menjadi kendala.
3.        Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, dalam hal ini formasi dan kapasitas tenaga kesehatan pada saat ini sudah mencukupi kebutuhan bagi sarana pelayanan kesehatan yang ada, dengan tenaga kesehatan seluruhnya pada tahun 2006 tercatat sebanyak 50 orang, yang terdiri dari Dokter Umum 10 orang, Dokter Gigi 9 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) 18 orang, Sarjana Farmasi 8 orang, Sarjana non Kesehatan 1 orang dan Dokter PTT sebanyak 4 orang. pada tahun 2007 tercatat sebanyak 247 orang, yang terdiri dari Medis 24 orang, Bidan 142 orang, Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) 24 orang, Sarjana Farmasi 26 orang, Gizi 12 orang, Teknisi medis 2 orang, dan Sanitasi 17 orang.

Meskipun beberapa keberhasilan telah dicapai namun masih ditemui berbagai permasalahan seperti :
1)      Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan penduduk, yang terlihat dari masih tingginya keluhan masyarakat atas pelayanan tenaga kesehatan Kota Pariaman;
2)      Masih rendahnya tingkat gizi masyarakat dan masih ditemuinya  proporsi balita yang mengalami gizi kurang;
3)       Meningkatnya angka kesakitan penyakit menular seperti TBC dan semakin meningkatnya angka kesakitan degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke;
4)       Masih terdapat kesenjangan kualitas sarana dan prasarana kesehatan;
5)      Belum meratanya jumlah dan penyebaran komposisi serta mutu tenaga kesehatan dan tingginya biaya yang diperlukan bagi pelayanan kesehatan serta mahalnya harga obat-obatan sehingga tidak terjangkau dengan daya beli masyarakat[3].                       

            Berdasarkan data statistic tahun 2009 jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota Pariaman selama tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang berarti. Seluruh kecamatan yang terdapat di Kota Pariaman sudah memiliki Puskesmas, bahkan memiliki dua Puskesmas. Secara keseluruhan terdapat 6 Puskesmas, 12 Puskesmas Keliling, dan 12 Puskesmas Pembantu.
Untuk melayani kesehatan seluruh penduduk, Kota Pariaman pada tahun 2009 memiliki 21 orang dokter umum, 9 orang dokter gigi, 43 orang sarjana kesehatan masyarakat, 48 orang sarjana farmasi, 6 orang sarjana kesehatan, 1 orang dokter PTT, dan 60 orang bidan[4].
1.5. Sosial Masyarakat
Masyarakat Minangkabau secara tradisional telah memiliki beberapa prinsip filosofi yang mengatur konsepsi hidup dan kehidupan masyarakatnya. Filosofi adat Minang tersebut adalah Alam Takambang Jadi Guru (filosofi alam). Masyarakat Minang telah memasukkan alam sebagai bagian dari kehidupan mereka secara integral. Mereka belajar dari alam untuk kemudian menjadikannnya sebagai inspirasi bagi prinsip hidup dari kehidupannya.  
Berdasarkan perhitungan BPS 2010 hampir 100% penduduk Kota Pariaman beragama Islam, 0,06% lainnya Bergama Protestan. Rumah peribadatan yang ada meliputi 61 mesjid dan 197 mushalla/langgar yang tersebar di semua kecamatan.
Seperti masyarakat Minangkabau pada umumnya, penduduk Kota Pariaman menganut garis keturunan ibu (matrilineal). Konsep matrilineal merupakan turunan dari konsep keluarga (system kekerabatan) yang mengikuti garis keturunan ibu.
Berdasarkan uraian mengenai tradisi masyarakat Minangkabau diatas dapat ditarik sebuiah kesimpilan awal bahwa dilihat dari segi kemasyarakatannya, tata aturan nilai dan lembaga pemerintahan yang mengaturnya, masyarakat adat Minang sangat terbuka terhadap dinamika dan progress (kemajuan) yang terjadi di wilayahnya. Ini akan menguntungkan dalam pembangunan Kota Pariaman itu sendiri, karena dalam pembangunan dan juga sebagai control pembangunan.
1.6. Perekonomian
Secara umum pada tahun 2008 Perekonomian Kota Pariaman ini masih didominasi 4 (empat) sektor utama sebagai penghasil nilai tambah terbesar terhadap PDRB Kota Pariaman. Empat sektor utama tersebut adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor industri.
Sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 27,06% dari total PDRB Kota Pariaman tahun 2008. sektor jasa-jasa memberikan sumbangan sebesar 16,69%, Sektor angkutan dan komunikasi memberikan sumbangan sebesar 12,49%, sektor industri memberikan sumbangan sebesar 12,42% sedangkan 5 sektor lainnya dalam perekonomian yang meliputi sektor Pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air minum, Sektor bangunan, Sektor perdagangan, Hotel dan restoran serta Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan secara keseluruhan hanya memberikan sumbangan sebesar 31,34 Persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kota Pariaman tahun 2008.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode tertentu tidak terlepas dari perkembangan masing-masing sektor maupun sub sektor yang ikut membentuk nilai tambah perekonomian Kota Pariaman. Untuk lebih jelasnya berikut dijelaskan peranan masing-masing sektor dan sub. Sektor dalam membentuk nilai tambah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman.
Tabel 5. Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Pariaman Tahun 2007 – 2008

Sektor
Pertumbuhan
Kontribusi
2007
2008
2007
2008
Pertanian
3,83
5,03
28,51
28,84
Pertambangan dan Penggalian
2,57
0,39
1,91
1,79
Industri Pengolahan
5,08
7,41
11,07
11,40
Listrik, dan Air Minum
9,78
3,78
1,42
1,35
Bangunan
7,40
6,62
8,38
8,43
Perdagangan, Hotel & Restoran
6,11
6,33
10,47
10,67
Angkutan dan Komunikasi
6,79
5,49
15,74
15,48
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,37
5,21
7,67
7,47
Jasa-jasa
4,00
5,06
15,36
14,57
Total
4,87
5,59
100,00
100,00
   Sumber :  PDRB menurut lapangan usaha Kota Pariaman (2004-2008)

Pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor  yaitu: 
Sektor Pertanian: Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman, bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor Pertanian masih merupakan produk andalan Kota Pariaman dalam membentuk PDRB. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 28,84 % dan pada tahun 2007 sebesar 28,51 %.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi: Peranan sektor Angkutan dan Komunikasi dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 15,74 % pada tahun 2007 menjadi 15,48 % pada tahun 2008. Dilihat dari pertumbuhannya sektor ini pun tumbuh melambat dari tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2007 tercatat pertumbuhan sektor ini sebesar 6,79 % melambat menjadi 5,49 % pada tahun 2008. perlambatan pertumbuhan sektor ini diduga disebabkan karena melemahnya sub sektor angkutan darat, dari 5,04% pada tahun 2007 hanya tumbuh sebesar 3,36 % pada tahun 2008.
Sektor Jasa-jasa: Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 14,83 % pada tahun 2007 turun menjadi 14,57 % pada tahun 2008. dilihat pertumbuhannya sektor ini tumbuh dari 4,59 % pada tahun 2007 menjadi 5,06 pada tahun 2008.
Sektor Industri Pengolahan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 peranan sektor industri terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 11,07 %. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,40 %. Meningkatnya peranan sektor ini juga diiringi dengan meningkatnya pertumbuhannya. Pada tahun 2007 pertumbuhannya tercatat sebesar 5,08 %, tumbuh menjadi 7,41 % tahun 2008.
Table 6.  Jumlah Unit Usaha Industri Kecil dan Rumah Tangga Menurut Cabang Industri
No.
Cabang Industri
Formal
Non Formal
Jumlah
1.
Industry pangan
86
248
344
2.
Industry sandang
80
225
305
3.
Industry kimia dan bahan bangunan
140
88
228
4.
Industry logam dan elektronika
40
120
160
5.
Industry kerajinan
225
300
525

Jumlah
581
981
1.562
Sumer : Pariaman dalam angka 2010
 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran: Sektor ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 10,47%, naik menjadi 10,67% pada tahun 2008. Peningkatan distribusi sektor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi sub sektor Perdagangan besar dan Enceran dari 9,57% pada tahun 2007 menjadi 9,81 % pada tahun 2008. Dengan demikian sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,33% pada tahun 2008.
 Sektor Bangunan / Konstruksi: Sektor ini pada tahun 2007 memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 8,38%. Pada tahun 2008 naik menjadi 8,43%. Dilihat dari pertumbuhannya, pada tahun 2007 sektor ini tumbuh sebesar 7,40% dan melambat 6,62% pada tahun 2008.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman juga mengalami penurunan dari 7,67% pada tahun 2007 menjadi 7,47 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhannya sektor ini pada tahun 2007 tercatat sebesar 7,37% tumbuh melambat menjadi 5,21 % pada tahun 2008.
  Sektor Pertambangan dan Galian:  Sektor ini mengalami penurunan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman yaitu sebesar 1,91% pada tahun 2007 menjadi 1,79 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan yaitu dari 4,93 % pada Tahun 2007 menjadi 9,72 % pada tahun 2008.
Sektor Listrik dan Air Minum: Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman. Kontribusi sektor ini mengalami penurunan dari tahun 2007 adalah sebesar 1,42% menjadi 1,35 % pada tahun 2008, sedangkan pertumbuhannya melambat menjadi 3,78 % pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007 adalah 9,78%. Melambatnya pertumbuhan sektor ini, terutama disebabkan karena melambatnya sub sektor listrik dari 9,93% pada tahun 2007 menjadi 3,68 % pada tahun 2008.
Perkembangan Kelompok Sektor PDRB dapat dilihat dari komposisi sektor perekonomian terhadap pembentukan PDRB. Dengan melihat struktur perekonomian daerah dapat diketahui sektor mana yang menjadi andalan Kota Pariaman dan sektor mana yang memiliki efek multiplier yang tinggi, yang memberikan dampak keterkaitan ke depan maupun keterkaitan ke belakang  yang tinggi sehingga kebijakan pembangunan yang dilakukan dapat diprioritaskan sesuai dengan potensi yang ada. Jika ini dilaksanakan akan menghasilkan peningkatan ekonomi masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada dasarnya sektor-sektor perekonomian dapat dikelompokan dalam tiga kelompok sektor, yaitu kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pengelompokan kegiatan ekonomi ini didasarkan atas input-input atau asal terjadinya proses produksi untuk masing-masing produsen.
Kelompok sektor primer meliputi kegiatan yang out putnya masih merupakan output proses tingkat dasar. Kelompok sektor primer terdiri atas sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sumbangan kelompok sektor primer pada tahun 2007 sebesar 30,43 persen terhadap total PDRB atau memberikan nilai tambah sebesar 342,55 milyar rupiah. Pada tahun 2008 sektor primer memberikan sumbangan sebesar 30,63 persen, atau memberikan nilai tambah sebesar  403,82 milyar rupiah. Kenaikan kontribusi kelompok sektor primer ini diiringi dengan penurunan proporsi sumbangan kelompok sektor sekunder.



Tabel 7.  Perkembangan Sektor Perekonomian Kota Pariaman

Kelompok Sektor
Nilai Tambah Bruto (dlm milyar Rp.)
Kontribusi (%)
2007
2008
2007
2008
Primer
342,55
403,82
30,42
30,63
Sekunder
235,00
279,24
20,87
21,18
Tersier
548,48
635,32
48,71
48,19
PDRB
1.126,04
1318,38
100,00
100,00
Sumber :  PDRB menurut lapangan usaha Kota Pariaman (2003-2007)
Kelompok sekunder merupakan kelompok sektor yang paling rendah dalam menghasilkan nilai tambah dalam membentuk PDRB Kota Pariaman. Pada tahun 2007 kelompok sektor ini hanya menghasilkan nilai tambah sebesar 235 Milyar rupiah atau 20,87 persen dari total PDRB Kota Pariaman. Pada tahun 2008, nilai tambah kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan yakni menjadi sebesar 279,24 milyar rupiah atau meningkat menjadi sebesar 21,18 persen terhadap pembentukan total PDRB Kota Pariaman.
Sementara itu, kelompok sektor tersier merupakan angka terbesar dalam struktur perekonomian Kota Pariaman. pada tahun 2007 memberikan nilai tambah terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 548,49 Milyar rupiah, dengan kontribusi sebesar 48,70 persen. Pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 635,32 milyar rupiah dengan kontribusi sebesar 48,19 persen[5].        
1.7. Institusi dan Organisasi Pemda

Institusi di Kota Pariaman merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Di Kota Pariaman, terdapat 2 (dua) buah sekretariat yaitu Sekretaris Daerah dan Sekretaris Dewan. Selain itu juga terdapat 8 (delapan) lembaga teknis daerah yaitu Inspektorat; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda); Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;  Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Badan Kepegawaian Daerah (BKD); Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dam Perlindungan Masyarakat; Kantor Lingkungan Hidup (KLH); dan Satuan Polisi Pamong Praja.

Pemerintahan Kota Pariaman juga diperkuat dengan adanya 12 (dua belas) dinas, antara lain: Dinas  Pendidikan, Pemuda dan Olahraga; Dinas Kesehatan ; Dinas Sosial Tenaga Kerja;  Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil;  Dinas Pekerjaan Umum;  Dinas Tata Ruang;  Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset;  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;  Dinas Koperasi, Industri dan Perdagangan;  Dinas Pertanian;  Dinas Kelautan dan Perikanan.
Sampai saat sekarang, kelembagaan yang secara khusus menangani sanitasi di kota belum ada. Penanganan dilakukan secara bersama dan menjadi tanggung jawab beberapa lembaga atau instansi yang terkait. Dinas atau badan yang mengemban tugas dibidang sanitasi adalah antara lain:
1.    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
2.    Dinas Kesehatan
3.    Dinas Pekerjaan Umum
4.    Dinas Tata Ruang
5.    Kantor Lingkungan Hidup (KLH) [6]
1.8. Tata Ruang Wilayah

Penanggulangan bencana alam di Kota Pariaman terus dilakukan, di mana Kota Pariaman merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam  baik tektonik maupun vulkanik. Disamping bencana alam yang berasal dari gempa bumi (tektonik dan vulkanik) dan ancaman tsunami, Kota Pariaman juga rawan terhadap bencana banjir, longsor lahan pada saat musim hujan dan kebakaran lahan/hutan saat musim kemarau.
Beberapa peristiwa tersebut menimbulkan permasalahan seperti: (1) Kepanikan masyarakat terutama masyarakat pesisir akan terjadinya tsunami; (2) Kepanikan seluruh masyarakat akan kekuatan bangunan rumah apabila terjadi gempa bumi skala besar; (3) Kerusakan infrastruktur perhubungan serta, (4) Kerusakan lingkungan.
Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai peraturan tertinggi dan Perda Nomor 13 tahun 1994 yang mengatur pelaksanaan penataan ruang di Sumatera Barat sampai saat ini masih belum dapat diimplementasikan secara nyata. Peran rencana tata ruang wilayah sebagai acuan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang belum dipahami dengan baik dan menyeluruh.
Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) Belum dimengerti dan dipahaminya produk tata ruang; (2) Lebih dominan dan dikemukakannya kepentingan beberapa sektor yang dianggap akan memberikan kontribusi yang lebih banyak; (3) Lemahnya kapasitas baik secara pribadi maupun kelembagaan yang menangani penataan ruang terutama pada tahap pengendalian; serta (4) Ketidakkonsistenan para pengambil kebijakan dengan produk tata ruang yang ada walaupun telah mempunyai kekuatan hukum seperti peraturan daerah.
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya perubahan yang mendasar dalam pelaksanaan kegiatan penataan ruang dalam rangka mendorong dan menyukseskan kegiatan pembangunan di masa mendatang. Rencana tata ruang yang disusun hendaknya dapat memfasilitasi perubahan-perubahan yang terjadi, seperti tuntutan perubahan paradigma dengan adanya otonomi daerah (UU No. 32 dan No. 33 tahun 2004), globalisasi, partisipasi masyarakat serta tuntutan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, merupakan beberapa hal penting yang merupakan keharusan untuk dapat diaplikasikan dalam setiap gerak langkah penataan ruang.
Perubahan  pola hubungan serta kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah sejalan dengan pelaksanaan undang-undang Nomor 32 dan undang-undang Nomor 33 tahun 2004, secara mendasar akan merubah sistem, pola pendekatan, penyelenggaraan kegiatan penataan ruang wilayah. Otonomi daerah dengan titik berat pada daerah Kabupaten dan Kota akan memberikan wewenang yang jauh lebih besar pada daerah tersebut untuk mengelola kegiatan penataan ruang di wilayahnya.
Propinsi akan berperan yang bersifat koordinatif khususnya melalui pengembangan prasarana dan sarana dasar, serta pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang bersifat lintas kabupaten, propinsi serta memiliki kepentingan secara nasional dalam rangka menjaga kesinambungan perkembangan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan konstelasi penataan ruang wilayah tersebut perlu diantisipasi oleh daerah tidak hanya dari aspek sistem penataan ruangnya saja (perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian)  tetapi juga aspek kelembagaan dan perangkat hukum penunjangnya berupa peraturan-peraturan daerah tentang penataan ruang secara khusus maupun peraturan-peraturan lain yang berhubungan dan menunjang penataan ruang.
Sejak berdirinya Kota Pariaman sebagai kota otonom, kegiatan penataan ruang yang telah dilakukan adalah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang hingga saat ini telah didukung dengan  Peraturan Daerahnya.
Pengelola pertanahan sebagai aktor pengendali pemanfaatan dan penggunaan tanah sebagai sumberdaya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui menghadapi tantangan dalam pelaksanaan pembangunan yang semakin hari membutuhkan penyediaan tanah dalam jumlah besar.
Pengurusan administrasi pertanahan yang saat ini menjadi kewenangan daerah otonom diharapkan dapat mempercepat berbagai program pembangunan dan penyelesaian kasus tanah di daerah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota yang bersangkutan. Disisi lain hal ini menuntut adanya peningkatan kapasitas kerja (kualitas dan kuantitas) dari lembaga dan aparat pertanahan di daerah.
Beberapa kewenangan yang dilimpahkan menjadi kewenangan daerah adalah administrasi hak milik, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, hak guna atas usaha dan juga kewenangan untuk melakukan inventarisasi tanah, penyediaan data pokok pertanahan, penyediaan data pokok pertanahan yang dapat diakses oleh semua pihak, pengukuran dan pemetaan, pengawasan dan pengendalian pertanahan. Selain itu pemerintah kabupaten dan kota juga diberi kewenangan untuk mengeluarkan perizinan, pemeriksaan dan pengesahan kontrak, izin lokasi konsolidasi lahan dan lain-lainnya.
Permasalahan mendasar penataan ruang saat ini adalah:
1)            Pengendalian dan pengawasan  terhadap pemanfaatan ruang belum dapat terlaksana secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa fakta antara lain : Telah terjadi peralihan fungsi lahan seperti lahan sawah menjadi lahan permukiman dan perdagangan. Banyak terjadi pengalihan fungsi penggunaan lahan seperti perubahan lahan sawah irigasi teknis menjadi kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Munculnya konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang oleh para pelaku  ekonomi, masyarakat dan pemerintah di daerah. Tidak terkendalinya perkembangan fisik dari segi tata bangunan, estetika dikawasan pertokoan dan pusat-pusat pertumbuhan. Hal ini diakibatkan antara lain karena adanya keterbatasan data dan informasi sebagai masukan dalam  proses perencanaan tata ruang ditinjau dari segi kelengkapan dan akurasi.
2)            Penegakan dan sanksi hukum terhadap pelanggaran peruntukan tanah belum dilakukan sebagaimana mestinya. Kemampuan pemerintah daerah dalam pemberian sanksi atas penyimpangan dalam penataan ruang masih lemah dan tidak efektif.
3)            Belum lengkap dan serasinya peraturan penataan ruang dengan peraturan lain yang terkait.
4)            Belum memasyarakatnya produk rencana tata ruang karena pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan sosialisasi rencana tata ruang. Hal ini terlihat dari kurangnya keterlibatan pelaku pembangunan termasuk masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang sehingga belum dapat menampung aspirasi masyarakat kecil yang merupakan kelompok masyarakat terbesar yang selanjutnya mengurangi legitimasi rencana tata ruang ini di tengah masyarakat.

Beberapa masalah di bidang pengelolaan pertanahan antara lain: (1) Permasalahan status tanah ulayat masih merupakan permasalahan klasik yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat, (2) Permasalahan status kepemilikan tanah timbul terutama sekali akibat akresi/tanah timbul pinggir pantai (pasie maelo), dan (3) Masih lemahnya perencanaan dan pengembangan sumberdaya tanah. Adanya kawasan strategis, cepat tumbuh, kawasan andalan dan kawasan tertinggal lainnya akan sangat memerlukan perencanaan dan pengembangan sumberdaya tanah dengan skala yang lebih terukur, terutama untuk mengantisipasi berbagai benturan yang akan terjadi antar sektor dalam mengelola pertanahan untuk pembangunan daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat [7].
B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian analisis situasi di atas, makan penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.

1.      Bagaimanakah komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan umur dan jenis kelamin?
2.      Bagaimanakah komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan ciri-ciri sosial?
3.      Bagaimanakah komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan ciri-ciri ekonomi?
4.      Bagaimanakah komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan tempat tinggal?
5.      Bagaimanakah pengaruh keadaan sosial masyarakat dengan angka fertilitas, mortalitas, kematian bayi dan migrasi penduduk Kota Pariaman ?



















BAB II
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pola Pemukiman Penduduk
Kota Pariaman merupakan Kota Pesisir, ibu kotanya  berada di Kec. Pariaman Tengah. Lebih dari 75 persen dari penduduknya tinggal di daerah pusat kota. Pola pemukiman penduduk Kota Pariaman pada umumnya mengikuti garis pantai, jalan dan aliran sungai. Hal ini dikarenakan morfologi Kota Pariaman yang berupa dataran dengan sedikit bukit. Total jumlah penduduk yang tinggal di Kec. Pariaman Tengah yang merupakan kawasan pesisir adalah  29.180 penduduk. Kecamatan berikutnya dengan jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Pariaman Utara, Kecamatan Pariaman Timur dan terakhir dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Pariaman Selatan.
2.2  Pengaruh Morfologi Lahan Dengan Perekonomian Masyarakat
Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang terletak di pantai barat Provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 m diatas permukaan laut dengan luas daratan 73,54 km² dan luas lautan 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil: Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak. Panjang pantai lebih kurang 12,7 km.
Karena terletak di tepi pantai pada umumnya merupakan hamparan dataran rendah yang landai. Kondisi topografi Kota Pariaman dapat dikelompokkan kepada jenis morfologi dataran dengan ketinggian antara 2 – 35 meter di atas permukaan laut dengan sedikit daerah perbukitan. Luas kemiringan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.[8]
Keadaan Topografi Kota Pariaman berupa daratan seluas 73,36 km2 atau 80 persen dari wilayah daratan merupakan daratan rendah dengan ketinggian antara 2 sampai 35 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan daerah bergelombang yaitu 20 persen. Kemiringan tanah yaitu 3 sampai 15 persen.
Kondisi Topografi Kota Pariaman

Kondisi Topografi
Luas (ha)
Persentase (%)
Datar (0-2%)
6.786
92,7
Bergelombang (3-15%)
164
2,23
Curam (16-40%)
366
5,06
Sangat Curam > 40%
0
0
Jumlah
 100
                                        Sumber: Hasil analisis, 2010.
Kota Pariaman memiliki jenis batuan  resen dan  tuna vulkan. Keadaann topografi wilayah dan geomorfologi dan bentuk wilayah secara bersama-sama membentuk pola aliran sungai. Kota Pariaman dilalui oleh 4 buah sungai yaitu Batang Manggung yang melalui kecamatan Pariaman Utara, Batang Piaman dan Batang Mangor yang berhulu di Kecamatan Pariaman Selatan dan melewati Kecamatan Pariaman Tengah. Panjang sungai Batang Piaman adalah 12,00 Km, Batang Manggung 11,50 Km, dan Batang Mangor 11,80 Km.
Potensi sumberdaya air sejauh ini baru dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan air bersih. Irigasi pertanian telah meliputi area pertanian lebih kurang seluas 2.886 ha. Berikut daftar lokasi irigasi yang ada pada saat ini[9] :
  • Talang kuning             = 758 ha
  • Air santok                               = 803 ha
  • Sungai rambai sintuak = 125 ha
  • Pakasai IV angkek                  = 230 ha
  • Tungkal                                   = 136 ha
  • Irigasi desa (12 DL)                = 834 ha
Gambar 2.5. DAS Batang Mangau
Gambar 2.4. DAS Batang Manggung
Gambar 2.2. DAS Batang Piaman











Pada umumnya sungai di Kota Pariaman mengalir dari wilayah timur laut ke barat daya, dari Manggau yang melalui Pariaman Selatan. Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kota Pariaman pada umumnya relative besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini sehingga memudahkan penduduk dalam pengggunaaannya. [10]
wilayah yang lebih tinggi ke wilayah dataran di bagian barat daya. Pola pengaliran sungai yang relatif parallel menunjukkan perubahan morfologi yang konsisten. Pada daerah pantai aliran sungai umumnya berubah membentuk pola aliran sejajar pantai.[11] 






Gambar 2.6. Peta Topografi Kota Pariaman

Dengan keadaan morfologi yang seperti ini, perekonomian Kota Pariaman dipengaruhi oleh beberapa sektor, yang diantaranya saling mendukung satu sama lain. Sehingga kemajuan ekonomi dapat diraih dari periode tahun 2007 ke 2008.
Tabel 5. Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Pariaman Tahun 2007 – 2008 .

Sektor
Pertumbuhan
Kontribusi
2007
2008
2007
2008
Pertanian
3,83
5,03
28,51
28,84
Pertambangan dan Penggalian
2,57
0,39
1,91
1,79
Industri Pengolahan
5,08
7,41
11,07
11,40
Listrik, dan Air Minum
9,78
3,78
1,42
1,35
Bangunan
7,40
6,62
8,38
8,43
Perdagangan, Hotel & Restoran
6,11
6,33
10,47
10,67
Angkutan dan Komunikasi
6,79
5,49
15,74
15,48
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,37
5,21
7,67
7,47
Jasa-jasa
4,00
5,06
15,36
14,57
Total
4,87
5,59
100,00
100,00
   Sumber :  PDRB menurut lapangan usaha Kota Pariaman (2004-2008)
Pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor  yaitu: 
Sektor Pertanian: Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman, bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2008 sektor Pertanian masih merupakan produk andalan Kota Pariaman dalam membentuk PDRB. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 28,84 % dan pada tahun 2007 sebesar 28,51 %.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi: Peranan sektor Angkutan dan Komunikasi dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 15,74 % pada tahun 2007 menjadi 15,48 % pada tahun 2008. Dilihat dari pertumbuhannya sektor ini pun tumbuh melambat dari tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2007 tercatat pertumbuhan sektor ini sebesar 6,79 % melambat menjadi 5,49 % pada tahun 2008. perlambatan pertumbuhan sektor ini diduga disebabkan karena melemahnya sub sektor angkutan darat, dari 5,04% pada tahun 2007 hanya tumbuh sebesar 3,36 % pada tahun 2008.
Sektor Jasa-jasa: Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 14,83 % pada tahun 2007 turun menjadi 14,57 % pada tahun 2008. dilihat pertumbuhannya sektor ini tumbuh dari 4,59 % pada tahun 2007 menjadi 5,06 pada tahun 2008.
Sektor Industri Pengolahan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 peranan sektor industri terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 11,07 %. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,40 %. Meningkatnya peranan sektor ini juga diiringi dengan meningkatnya pertumbuhannya. Pada tahun 2007 pertumbuhannya tercatat sebesar 5,08 %, tumbuh menjadi 7,41 % tahun 2008.
Table 6.  Jumlah Unit Usaha Industri Kecil dan Rumah Tangga Menurut Cabang Industri
No.
Cabang Industri
Formal
Non Formal
Jumlah
1.
Industry pangan
86
248
344
2.
Industry sandang
80
225
305
3.
Industry kimia dan bahan bangunan
140
88
228
4.
Industry logam dan elektronika
40
120
160
5.
Industry kerajinan
225
300
525

Jumlah
581
981
1.562
Sumer : Pariaman dalam angka 2010
 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran: Sektor ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 sektor ini memberikan kontribusi sebesar 10,47%, naik menjadi 10,67% pada tahun 2008. Peningkatan distribusi sektor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya kontribusi sub sektor Perdagangan besar dan Enceran dari 9,57% pada tahun 2007 menjadi 9,81 % pada tahun 2008. Dengan demikian sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,33% pada tahun 2008.
 Sektor Bangunan / Konstruksi: Sektor ini pada tahun 2007 memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 8,38%. Pada tahun 2008 naik menjadi 8,43%. Dilihat dari pertumbuhannya, pada tahun 2007 sektor ini tumbuh sebesar 7,40% dan melambat 6,62% pada tahun 2008.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman juga mengalami penurunan dari 7,67% pada tahun 2007 menjadi 7,47 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhannya sektor ini pada tahun 2007 tercatat sebesar 7,37% tumbuh melambat menjadi 5,21 % pada tahun 2008.
  Sektor Pertambangan dan Galian:  Sektor ini mengalami penurunan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman yaitu sebesar 1,91% pada tahun 2007 menjadi 1,79 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhan sektor ini mengalami peningkatan yaitu dari 4,93 % pada Tahun 2007 menjadi 9,72 % pada tahun 2008.
Sektor Listrik dan Air Minum: Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman. Kontribusi sektor ini mengalami penurunan dari tahun 2007 adalah sebesar 1,42% menjadi 1,35 % pada tahun 2008, sedangkan pertumbuhannya melambat menjadi 3,78 % pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007 adalah 9,78%. Melambatnya pertumbuhan sektor ini, terutama disebabkan karena melambatnya sub sektor listrik dari 9,93% pada tahun 2007 menjadi 3,68 % pada tahun 2008.
2.3. Pengaruh Angka Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Kota Pariaman
      Jumlah penduduk Kota Pariaman selama kurun waktu 10 tahun yaitu tahun 1998-2008 berfluktuasi, dimana tahun 2001 jumlah penduduk sebesar 71.911 jiwa dan tahun 2008 jumlah penduduk meningkat menjadi 78.454 jiwa. Lebih jelasnya jumlah penduduk Kota Pariaman dari tahun 1998-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kota Pariaman 2001-2010
                            Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan penduduk
(Jiwa/Km)
Laju Pertumbuhan Penduduk (r)
2001
71.472
974
1,46
2002
72.399
987
2,65
2003
73.456
1.001
2,12
2004
75.406
1.028
0,25
2005
77.006
1.050
0,36
2006
77.201
1.052
1,28
2007
77.480
1.056
0,10
2008
78.474
1.069
1,40
2009
78.552
1.070
1,20
2010
79.653
1.085
1,46

: Sumber : Kota Pariaman dalam Angka Tahun 2010
Jika diperhatikan jumlah penduduk Kota Pariaman dari tahun 2001-2010 mengalami kenaikan jumlah penduduk yang cukup signifikan yaitu 71.472 tahun 2001 meningkat menjadi 79.653 jiwa pada tahun 2010, pertumbuhan penduduk Kota Pariaman berkembang dengan cepat.  Pada kurun waktu 1998-2008 pertumbuhan penduduk Kota Pariaman rata-rata  1,23 %.
Kepadatan penduduk di Kota Pariaman tahun 2001 adalah 974 jiwa/km2, sedangkan tahun 2010 kepadatan penduduk Kota Pariaman meningkat menjadi 1.085 jiwa/km2. Jika dilihat dari klasifikasi kategori kepadatan penduduk menurut standar yang ada Kota Pariaman termasuk dalam kategori kepadatan sangat rendah (< 5000 Jiwa/km2). Lebih jelasnya kepadatan penduduk Kota Pariaman dapat dilihat pada  Tabel 2.3.
Pada tahun 2010 Kecamatan Pariaman Tengah merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak dengan jumlah penduduk 29.180 jiwa, sedangkan Kecamatan Pariaman Utara didiami oleh 19.344 jiwa, Kecamatan Pariaman Selatan 16.161 jiwa, dan  Kecamatan Pariaman Timur 14.968.
Kepadatan penduduk Kota Pariaman terlihat tidak merata di setiap Kecamatan.  Kecamatan Pariaman Tengah merupakan yang tertinggi yaitu 1.860,97 jiwa/km2, sedangkan Pariaman Utara memiliki kepadatan 828,44 jiwa/km2, Pariaman Selatan 960,82 jiwa/km2, dan Pariaman Timur 854,83 jiwa/km2 .
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan
 Kota Pariaman Tahun 2010

No.
Kota Pariaman
Luas (km2)
Jumlah Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk
Kepadatan Penduduk
RTS*
1
Pariaman Utara
23,35
19.344
-
828,44
1.140
2
Pariaman Tengah
15,68
29.180
-
1.860,97
1.542
3
Pariaman Selatan
16,82
16.161
-
960,82
1.214
4
Pariaman Timur
 17,51
14.968
 -
854,83
1.498
Total
73,36
79.653
1,46
1.085,78
5.394
Sumber : Pariaman dalam Angka 2011
* Sumber : PPLS 2011 (penduduk dengan penghasilan dibawah 40 %)

Dari Tabel 2.4. terlihat bahwa luas wilayah Kota Pariaman 73,36 Km dengan jumlah penduduk 79.653 jiwa, merupakan kota yang tergolong kecil jika dibandingkan dengan Kota Padang sebagai ibukota propinsi. Namun begitu, Kota Pariaman hampir memiliki jumlah penduduk yang sama dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat seperti Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto dan Kota Solok serta Kota Payakumbuh.
Kepadatan penduduk Kota Pariaman terlihat tidak merata di setiap Kecamatan. Kecamatan Pariaman Tengah yang wilayahnya paling kecil 15,16 Km2 tapi mempunyai kepadatan penduduk yang sangat tinggi 1.911,6 jiwa/Km2 dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini menyebabkan lingkungan hidup di Kecamatan Pariaman Tengah ini juga mendapatkan tekanan yang paling tinggi pula bahkan melebihi dua kali lipat wilayah Kecamatan lainnya. Kecamatan Pariaman Selatan dengan wilayah 16,22 Km2 mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 988,3 jiwa/Km2 atau hampir setengah kepadatan penduduk di Kecamatan Pariaman Tengah.
Kecamatan Pariaman Timur dengan luas wilayah 18.41 Km2 mempunyai kepadatan penduduk sebesar 809 jiwa per Km2, sedangkan wilayah Kecamatan Pariaman Utara adalah wilayah yang terluas diantara Kecamatan lainnya, yaitu 23,57 Km2 kepadatan penduduknya 813,2 jiwa/Km2.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pariaman Tengah mendapat tekanan yang paling tinggi dari sisi jumlah penduduk dan Kecamatan Pariaman Timur mendapatkan tekanan paling rendah. Kecamatan kepadatan tertinggi adalah kecamatan Pariaman Tengah yang merupakan Ibu kota Kota Pariaman. Kepadatan jumlah penduduk pada kecamatan ini tidak lepas dari historis perkembangan wilayah yaitu sebagai Ibu kota Kabupaten Padang Pariaman sekaligus juga pusat kegiatan perkonomian Kota Pariaman.[12]
Tinggi-rendahnya tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah akan langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesempatan-kesempatan ekonomi. Pada wilayah agraris terutama perdesaan, maka kesempatan ekonomi erat kaitannya dengan kepemilikan dan luas ke-pemilikan lahan pertanian. Semakin padat penduduk, maka semakin sempit pemilikan dan penguasaan lahan, dan berarti semakin sedikit produksi yang dapat dihasilkan per individu. Semakin padat juga berpengaruh terhadap nilai lahan, baik itu untuk keperluan pertanian maupun pemukiman. Biasanya penduduk miskin akan banyak kehilangan kesempatan-kesempatan ekonomi karena pengaruh kepadatan penduduk yang tinggi.
Grafik 2.1.   Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pariaman Tahun 2010
Jika ditinjau komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan 50,86% sedangkan persentase berjenis kelamin laki-laki hanya 49,14%. Artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Pariaman tidaklah begitu mencolok perbedaannya. Namun sangat berbeda di Kecamatan Pariaman Tengah dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah perempuan (Tabel 2.5). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Pariaman Tengah ini adalah pusat pemerintahan, maka jumlah laki-laki lebih dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri yang dominan dan menetap di Ibukota Pariaman. [13]

Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Kota Pariaman tahun 2010


No
Kecamatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
Pariaman Tengah
14.529
14.651
29.180
2
Pariaman Utara
9.421
9.923
19.344
3
Pariaman Selatan
7.924
8.237
16.161
4
Pariaman Timur
7.349
7.619
14.968

Total
39.223
40.430
79.653
Sumber : Pariaman dalam Angka Pariaman, 2011

Dari Tabel 2.5 terlihat keempat kecamatan yang ada di Kota Pariaman memiliki jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Keadaaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan Pemerintah Kota Pariaman. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan tingkat kualitas yang memadahi menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban pembangunan.
Dari berbagai hasil sensus, survei maupun pencatatan administrasi penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Pariaman secara absolut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertambahan jumlah penduduk tersebut akibat dari angka kelahiran yang masih cukup tinggi dibandingkan dengan angka kamatian yang relatif masih rendah, sedangkan pengaruh perpindahan (migrasi) sangat kecil.
Isu kawasan perencanaan diperkirakan akan mempengaruhi perkembangan Kota Pariaman, sehingga pada masa yang akan datang perkembangan jumlah penduduk  akan menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Oleh karena itu, proyeksi penduduk 10 tahun ke depan menggunakan asumsi pada Pertumbuhan Geometri  sehingga diperkirakan jumlah penduduk Kota Pariaman sampai tahun 2018 akan berjumlah 86.590 jiwa atau mengalami penambahan sebanyak 6.937 jiwa.
 Adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Pn = P0 (1+r)n
dengan :
Pn  =  Jumlah penduduk pada n tahun
P0   =  Jumlah penduduk pada awal tahun
r    =  Tingkat pertumbuhan penduduk
n   =  Periode waktu dalam tahun
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.[14]
Tabel 2.6.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Kota Pariaman

Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)


2011
80.609

2012
81.576

2013
82.555

2014
83.546

2015
84.548

2017
85.563

2018
86.590

     Sumber : Hasil Analisis Bappeda

Proporsi jenis lapangan kerja yang digeluti oleh penduduk Kota pariaman dapat dilihat pada Tabel 2.7. Dari 9 (sembilan) jenis sektor ekonomi yang ada, sektor yang terbesar menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Penyerapan tenaga kerja sektor ini selalu meningkat. Hal ini memang umumnya terjadi pada wilayah dengan karakteristik perkotaan dimana sektor jasa biasanya mendominasi perekonomiannya.
Tabel 2.7.
Distribusi Pekerjaan Penduduk
Kota Pariaman
No
Lapangan Pekerjaan
Jumlah
1
Jasa
10.387
2
Perdagangan
8.396
3
Pertanian
4.046
4
Industri
4.023
5
Konstruksi
2.214
6
Transportasi dan Komunikasi
1.807
7
Keuangan
630
8
Pertambangan dan Penggalian
268
9
Listrik, Gas dan Air
161

Total
31.932
Sumber :Statistik Angkatan Kerja 2010, BPS
Dari grafik 2.2. terlihat pada tahun 2010, daya serap sektor jasa mencapai 32,52 persen. Sektor kedua yang terbanyak menyerap tenaga kerja adalah Sektor perdagangan (26,29 %). Sedangkan sektor yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah Sektor Listrik, gas dan Air (0,50%).

Grafik 2.2. Grafik Distribusi Mata Pencarian Penduduk Kota Pariaman Tahun 2010
Gambar 2.8. Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Pariaman
            2.4 Ketersediaan sarana pendidikan dan kesehatan
Kebutuhan akan pendidikan merupakan hak dasar rakyat seperti tertera dalam UUD 1945 Pasal 31 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pembangunan pendidikan seperti halnya kesehatan adalah investasi bangsa dan juga investasi keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan kesempatan sosial, ekonomi, maupun politik.
Pada tahun 2009 jumlah sarana pendidikan pra sekolah yang terdapat di Kota Pariaman adalah 29 buah TK, dengan murid sebanyak 1.147 siswa yang tersebar di 65 kelas dan diajar oeh 105 orang guru.
Sarana pendidikan dasar baik negeri maupun swasta yang terdapat di Kota Pariaman sepanjang tahun 2009 tercatat sebanyak 72 SD negeri dan 2 buah SD swasta. Pada tahun 2009 tercatat 11.004 murid yang belajar di Sekolah Dasar negeri. Sedangkan yang tercatat aktif belajar di Sekolah Dasar Swasta adalah 233 siswa. Jumlah guru yang mengajar di SD adalah sebanyak 663 orang tercatat mengajar di SD Negeri dan sebanyak 15 orang mengajar di SD Swasta.
Jumlah sarana Pendidikan Menegah yang terdapat di Kota Pariaman selama tahun 2009 yaitu 9 sekolah SLTP Negeri. Data jumlah murid yan belajar di tingkat SLTP adalah sebesar 4.705 siswa yang diajar oleh 374 guru dan 134 kelas.selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.9.[15]

Tabel. 2.9.
Sarana Pendidikan Kota Pariaman tahun 2010
Tingkat Pendidikan
Jumlah sekolah
Jumlah murid/ siswa/mahasiswa
Jumlah guru/
dosen/asisten
Jumlah ruang kelas
TK
30
1.143
138
65
SD
79
11.237
678
454
SLTP
9
4.705
374
134
SMA/SMK
12
606,122
592
163
Perguruan Tinggi
7
2.334
246
19
Sumber : Pariaman dalam Angka 2011


Pada tahun 2010 jumah Puskesmas Kota Pariaman yaitu 6 Puskesmas induk, 12 buah Puskesmas Pembantu, serta 14 buah Puskesmas Keliling.
Tabel. 2.12.
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan
Kota Pariaman
Tahun 2011
No
Fasilitas Kesehatan
Pemilikan/Pengelola
Pem.Prov
Pem.Kab/Kota
Swasta
Jumlah
1
Rumah Sakit Umum
1
1
-
2-
2
Rumah Sakit Bersalin
-
-
2
2
3
Puskesmas Perawatan
-
1
-
1
4
Puskesmas Non Perawatan
-
5
-
5
5
Puskesmas Keliling
-
12
2
14
6
Puskesmas Pembantu
-
12
-
12
7
Rumah Bersalin
-
-
8
8
8
Balai Pengobatan/Klinik
-
-
9
9
9
Praktik Dokter Bersama
-
-
-
-
10
Praktik Dokter perorangan
-
-
103
103
11
Praktik Pengobatan Tradisional
-
-
1
1
12
Polindes
-
14
-
14
13
Poskesdes
-
29
-
29
14
Posyandu
-
133
-
133
15
Apotek
-
11
-
11
16
Toko Obat
-
-
8
8
17
GFK
-
1
-
1
18
Industri Obat Tradisonal
-
-
0
0
19
Industri Kecil Obat Tradisional
-
-
1
1






Sumber : DKK Pariaman[16]


















v Umur Median




ö  lMd à Batas bawah kelompok umur N/2
ö  N   à Jumlah penduduk total
ö  fx  à Jumlah penduduk kumulatif sampai
                            dengan kelompok umur N/2
ö  fMdà  Jumlah penduduk pada kelompok N/2
ö  i    à  Kelas interval umur
Imd = 20
N   =          79.043  =  39.521,5   (angka ini berada pada kelompok usia
2                     2                           dengan jumlah komulatif 38.953).


Me       =          tb + ( 1/2 n – fk ) C
                                       f1
                =          19,5 + ( 39.521,5 – 38.953 ) 5
                                                          79.043
            =          19,5 + ( 568,5 ) 5
                                    79.043
            =          19,53595
Jadi, berdasarkan Sensus Penduduk 2010,umur median penduduk Kota Pariaman yaitu 19,53595.


v  Depedensi Rasio




                       
                                    SR       =          Laki-laki     x 100
                                                            Perempuan
                                                =          38.922  x 100
                                                            40.121
                                                =          97,01








[1] RPJM Kota Pariaman Tahun 2009-2013

[3] RPJM Kota Pariaman 2010
[4] Pariaman dalam angka 2010
[5] RJPM Kota Pariaman 2010
[6] LEMBARAN DAERAH KOTA PARIAMAN TAHUN 2008

[8] RTTRW 2010-2030
[9] SLHD 2010
[10] RPJM Kota Pariaman Tahun 2009-2013
[11] RTRW 2010-2030
[12] SLHD 2010
[13] SLHD 2010
[14] RPIJM review
[15] Pariaman dalam angka 2010
[16] Profil dinkes 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Teori Lokasi

Makalah Geomorfologi Pelapukan Batuan

Rangkuman Materi : GEOGRAFI INDUSTRI