Analisis Demografi Kota Pariaman
ANALISIS
DEMOGRAFI WILAYAH KOTA PARIAMAN
Disusun
oleh :
Brisandi
[14136056]
Habby
Burridho [14136018]
Ilham
Rahmat Yadi [14136004]
Kamal
Abdul Naser [14136020]
Rafelito
[14136042]
Restiana
[14136006]
Sisva
Yetty [14136024]
Yusuf
Lazuardy [14136044]
PRODI
GEOGRAFI
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang bencana angin putting
beliung yang terjadi di daerah nagari padang galugur pasaman, sebab-sebab serta
cara penanggulangannya.
Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini
saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar............................................................................
Daftar
isi.....................................................................................
Daftar
bagan...............................................................................
Daftar
gambar.............................................................................
Bab
I pendahuluan.....................................................................
1. Latar
belakang...................................................................
2. Rumusan
masalah.............................................................
3. Tujuan
penulisan..............................................................
Bab
II pembahasan.....................................................................
Bab
III penutup..........................................................................
1. Kesimpulan.......................................................................
2. Saran..................................................................................
Daftar
pustaka............................................................................
Daftar bagan
Daftar tabel
BAB I
PENDAHULUAN
1. ANALISIS SITUASI
1.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi
Secara
geografis, posisi Kota Pariaman terletak antara 0o 33’ 00’’ – 0o
45’ 00’’ Lintang Selatan dan 100o 07’ 00’’ – 100o 16’
00’’ Bujur Timur, dengan keadaan iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin
darat dengan curah hujan rata-rata 2.456 mm/tahun dan suhu udara rata-rata 25o
C.
Keadaan
Topografi Kota Pariaman berupa daratan seluas 73,36 km2 atau 80 persen dari
wilayah daratan merupakan daratan rendah dengan ketinggian antara 2 - 35 meter
dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan daerah bergelombang
yaitu 20 persen. Kemiringan tanah yaitu 3 persen – 15 persen.
Kota
Pariaman memiliki jenis batuan resen dan
tuna vulkan. Keadaann topografi wilayah dan geomorfologi dan bentuk
wilayah secara bersama-sama membentuk pola aliran sungai. Kota Pariaman dilalui
oleh 4 buah sungai yaitu Batang Manggung yang melalui kecamatan Pariaman Utara,
Batang Piaman dan Batang Jirak yang melewati Kecamatan Pariaman Tengah dan
Batang Manggau yang melalui Pariaman Selatan.Potensi pemenuhan kebutuhan akan
air bersih di Kota Pariaman pada umumnya relative besar karena dangkalnya air
tanah di wilayah ini sehingga memudahkan penduduk dalam pengggunaaannya. [1]
1.2. Administratif
Berdasarkan
Undang-Undang No. 12 tahun 2002, Kota otonom Pariaman terdiri
dari 3 kecamatan, 55 desa dan 16 kelurahan. Luas wilayah Kota Pariaman adalah
73,36 Km2 dengan panjang garis pantai 12 Km. 0,17% dari luas Propinsi Sumatera
Barat.) dengan luas wilayah daratan 73,36 Km² dan luas lautan 282,69km².
Wilayah Kota Pariaman yang paling luas yaitu Kecamatan Pariaman Utara dengan
luas 28,45 Km², serta yang terkecil
adalah wilayah kecamatan Pariaman Selatan dengan luas 21,14 Km².
Letak Kota Pariaman secara
administratif pemerintahan yakni, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan V
Koto Kampung Dalam, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nan Sabaris,
sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan VII Koto Sungai Sariak dan sebelah
barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
1.3. Kependudukan
Berdasarkan hasil pencatatan pada tahun 2010,
penduduk Kota Pariaman berjumlah 79.073 jiwa dengan tingkat kepadatan 1077,88
orang dalam satuan luas kilometer wilayah. Penduduk terbanyak berada pada
Kecamatan Pariaman Tengah yakni 28.980 orang, sedangkan kecamatan yang memiliki
penduduk paling sedikit adalah Pariaman Timur dengan jumlah 14.895 jiwa.
Kepadatan penduduk tertinggi ditemukan pada Kecamatan Pariaman Tengah yaitu
1.911,61 sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah
Kecamatan Pariaman Timur yakni 809,07 jiwa. [2]
Tabel 1. Jumlah penduduk dan tingkat kepadatan pada
masing Kecamatan di Kota Pariaman tahun 2010
No.
|
Kota Pariaman
|
Luas (km2)
|
Jumlah Penduduk
|
Pertumbuhan Penduduk
|
Kepadatan Penduduk
|
1
|
Pariaman
Utara
|
23,57
|
19.167
|
-
|
813,19
|
2
|
Pariaman
Tengah
|
15,16
|
28.980
|
-
|
1911,61
|
3
|
Pariaman
Selatan
|
16,22
|
16.031
|
-
|
988,35
|
4
|
Pariaman
Timur
|
18.41
|
14.895
|
-
|
809,07
|
Total
|
73,36
|
79.073
|
7.5%
|
1077,88
|
Sumber :
Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman, 2010
Kecamatan
Pariaman Timur merupakan kecamatan yang baru saja dibentuk sehingga data
mengenai tingkat pertumbuhan penduduknya belum tersedia.
Dari
Tabel 2.1 terlihat bahwa luas wilayah Kota Pariaman 73,36 Km dengan jumlah
penduduk 79.073 jiwa, merupakan kota yang tergolong kecil jika dibandingkan
dengan Kota Padang sebagai ibukota propinsi. Namun begitu, Kota Pariaman hampir
memiliki jumlah penduduk yang sama dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat
seperti Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto dan Kota Solok serta Kota
Payakumbuh.
Kepadatan penduduk Kota Pariaman
terlihat tidak merata di setiap Kecamatan. Kecamatan Pariaman Tengah yang
wilayahnya paling kecil 15,16 Km2 tapi mempunyai kepadatan penduduk
yang sangat tinggi 1.911,6 jiwa/Km2 dibandingkan kecamatan lainnya.
Hal ini menyebabkan lingkungan hidup di Kecamatan Pariaman Tengah ini juga
mendapatkan tekanan yang paling tinggi pula bahkan melebihi dua kali lipat
wilayah Kecamatan lainnya. Kecamatan Pariaman Selatan dengan wilayah 16,22 Km2
mempunyai kepadatan penduduk sebanyak 988,3 jiwa/Km2 atau hampir
setengah kepadatan penduduk di Kecamatan Pariaman Tengah.
Kecamatan Pariaman Timur dengan luas
wilayah 18.41 Km2 mempunyai kepadatan penduduk sebesar 809 jiwa per
Km2, sedangkan wilayah Kecamatan Pariaman Utara adalah wilayah yang
terluas diantara Kecamatan lainnya, yaitu 23,57 Km2 kepadatan
penduduknya 813,2 jiwa/Km2.
Dari data di atas dapat disimpulkan
bahwa Kecamatan Pariaman Tengah mendapat tekanan yang paling tinggi dari sisi
jumlah penduduk dan Kecamatan Pariaman Timur mendapatkan tekanan paling rendah.
Kecamatan kepadatan tertinggi adalah kecamatan Pariaman Tengah yang merupakan
Ibu kota Kota Pariaman. Kepadatan jumlah penduduk pada kecamatan ini tidak
lepas dari historis perkembangan wilayah yaitu sebagai Ibu kota Kabupaten
Padang Pariaman sekaligus juga pusat kegiatan perkonomian Kota Pariaman.
Tinggi-rendahnya
tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah akan langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kesempatan-kesempatan ekonomi. Pada wilayah agraris
terutama perdesaan, maka kesempatan ekonomi erat kaitannya dengan kepemilikan
dan luas ke-pemilikan lahan pertanian. Semakin padat penduduk, maka semakin
sempit pemilikan dan penguasaan lahan, dan berarti semakin sedikit produksi
yang dapat dihasilkan per individu. Semakin padat juga berpengaruh terhadap
nilai lahan, baik itu untuk keperluan pertanian maupun pemukiman. Biasanya
penduduk miskin akan banyak kehilangan kesempatan-kesempatan ekonomi karena
pengaruh kepadatan penduduk yang tinggi.
Gambar 2. Jumlah dan kepadatan penduduk Kota
Pariaman
Laju pertumbuhan penduduk Kota
Pariaman sebesar 7,5%. Angka ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
laju pertumbuhan penduduk Propinsi Sumatera Barat yaitu 6,5%, walaupun pada
beberapa kecamatan belum memiliki angka pertumbuhan yang akurat, karena baru
saja di mekarkan.
Jika ditinjau komposisi penduduk
berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin perempuan 50,86%
sedangkan persentase berjenis kelamin laki-laki hanya 49,14%. Artinya jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Pariaman tidaklah begitu mencolok
perbedaanya. Namun sangat berbeda di Kecamatan Pariaman Tengah dimana jumlah
penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah perempuan (Tabel 2.2). Hal ini
disebabkan karena Kecamatan Pariaman Tengah ini adalah pusat pemerintahan, maka
jumlah laki-laki lebih dipengaruhi oleh jumlah pegawai negeri yang dominan dan
menetap di ibukota Pariaman.
Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
pada masing Kecamatan di Kota Pariaman tahun 2010
No
|
Kecamatan
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
Pariaman
Tengah
|
15,488
|
15,022
|
30,470
|
2
|
Pariaman
Utara
|
9.416
|
10.107
|
19.523
|
3
|
Pariaman
Selatan
|
7.981
|
8.135
|
16.116
|
4
|
Pariaman
Timur
|
7.003
|
7.712
|
15.389
|
Total
|
38.724
|
32.366
|
79.449
|
Sumber :
Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman, 2010
Gambar 3. Perbandingan
jumlah penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan di Kota Pariaman
Dari
Gambar 2.2 terlihat tiga dari empat kecamatan di Kota Pariaman memiliki jumlah
penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Sementara
pada pada Kecamatan Pariaman Tengah jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih
banyak dibanding perempuan.
Keadaaan penduduk
yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan
Pemerintah Kota Pariaman. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan
kualitas penduduk yang memadai merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan
tingkat kualitas yang memadahi menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban
pembangunan.
Dari berbagai hasil sensus, survei maupun
pencatatan administrasi penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Pariaman
secara absolut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertambahan
jumlah penduduk tersebut akibat dari angka kelahiran yang masih cukup tinggi
dibandingkan dengan angka kamatian yang relatif masih rendah, sedangkan
pengaruh perpindahan (migrasi) sangat kecil.
Kebutuhan
akan pendidikan merupakan hak dasar rakyat seperti tertera dalam UUD 1945 Pasal
31 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembangunan pendidikan seperti halnya kesehatan adalah investasi bangsa dan
juga investasi keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan
kesempatan sosial, ekonomi, maupun politik.
Dilihat
dari tingkat pendidikan, penduduk Kota Pariaman lebih didominasi oleh penduduk
dengan pendidikan setingkat SLTA. Masih sedikit penduduk yang ditemui
berpendidikan sarjana. Sementara penduduk yang berpendidikan dibawah SLTP
merupakan jumlah yang dominan (Tabel DS-2 dan DS-4).
Gambar 4. Penduduk berusia 5 tahun ke atas menurut
tingkat pendidikan
1.4. Kesehatan
Kebutuhan
akan kesehatan merupakan hak dasar rakyat seperti yang dicantumkan dalam UUD
1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Sistem
Kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah investasi bangsa dan juga investasi
keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan kesempatan sosial,
ekonomi, maupun politik. Dengan demikian kesehatan berhubungan dengan
kesejahteraan masa depan masyarakat dan bangsa.
Dari data kesehatan yang ada Kota
Pariaman termasuk memiliki tingkat layanan kesehatan yang baik. Hal ini dapat
terlihat dari indikator-indikator kesehatan standar seperti
usia harapan hidup, angka kematian bayi, balita merupakan aspek yang dapat
menjadi acuan dari pembangunan manusia untuk sektor kesehatan. Angka harapan
hidup mengindikasikan sejauh mana masyarakat mencapai derajat kesehatan yang
baik mulai dari resiko sakit, gizi, kehamilan, pola-pola hidup sehat dan sampai
pada aksesibility masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Dalam periode tahun 2009 dan 2010 Kota Pariaman mampu menekan angka
kematian bayi dari tingkat kematian bayi berjumlah 40 orang menjadi 22 orang atau 13,48/1.000 kelahiran hidup,
sedangkan untuk tahun 2010 berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil angka kematian bayi menurun tajam menjadi 4 orang. Pencapaian ini
tentunya tidak terlepas dari upaya-upaya Pemerintah Kota Pariaman dan Dinas
Kesehatan Kota Pariaman dalam mensosialisasikan program-program hidup sehat
serta sanitasi dan gizi yang baik kepada ibu-ibu hamil di wilayah Kota Pariaman.
Banyak
faktor keberhasilan yang telah mempengaruhi aspek kesehatan ini salah satunya
adalah semakin membaiknya variable-variabel kesehatan di Kota Pariaman,
tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan
kesehatan dan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk
merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat Angka Kematian Bayi
(AKB). Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir memberi gambaran adanya
peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat serta
semakin membaik pula pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
lingkungan dan pemahaman akan pentingnya kesehatan itu sendiri.
Secara
teoritis sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat merupakan modal dasar
untuk kelangsungan pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah dengan
mendekatkan pelayanan kebidanan kepada ibu yang membutuhkan. Penurunan AKB
sangat ber-pengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka
kematian bayi sangat peka terhadap perubahan dengan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB
dan kenaikan UHH pada waktu lahir, meningkatnya umur harapan hidup secara tidak
langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan
derajat kesehatan masyarakat.
Walaupun
indikator kesehatan cenderung membaik, namun untuk beberapa penyakit yang
diderita masyarakat Kota Pariaman ini masih relatif lebih banyak di temukan.
Terutama pada penyakit pernafasan yang di sebabkan antara lain oleh debu dan
polusi disamping ada beberapa penyakit lainnya seperti infeksi kulit,
reumhatik, dan penyakit lainnya. Dalam hal ini masih dipandang perlu
upaya-upaya Dinas Kesehatan untuk menekan jumlah penderita penyakit-penyakit
tersebut diatas, terutama penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
Tingginya penderita penyakit ISPA merupakan indikator
terhadap kualitas udara yang tercemar. Namun jika dilihat dari kualitas udara
Kota Pariaman, dari parameter yang diamati terlihat masih berada dibawah baku
mutu yang telah ditetapkan. Berdasarkan data ini, jelas terlihat faktor
penyebab tingginya penderita ISPA bukan hanya disebabkan oleh kualitas udara
saja, akan tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti pola hidup tidak
sehat, sanitasi lingkungan dan lain-lain.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Pariaman menyatakan
penderita penyakit ISPA pada tahun 2009 sebanyak 7.945 penderita telah
mengalami peningkatan pada tahun 2010 ini menjadi 9.542 penderita. Terjadi
peningkatan yang cukup tajam pada rentang tahun pengamatan.
Peningkatan jumlah penduduk berakibat semakin tinggi pula
tekanan terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penduduk yang
ber-dampak langsung atau tidak langsung terhadap lingkungan seperti limbah
padat ataupun limbah cair. Hal ini
memberi konsekuensi terhadap kesehatan lingkungan masyarakat yang pada
akhirnya akan berdampak pula kepada kesehatan masyarakat itu sendiri.
Tabel 3. Jenis penyakit utama yang diderita penduduk
Kota Pariaman
No.
|
Jenis Penyakit
|
Jumlah
Penderita
|
% terhadap
Total Penderita
|
1.
|
Penyakit saluran pernapasan bhg.atas (ISPA)/ Upper Disaesa Channel Exhalation
|
9542
|
31,27
|
2.
|
Penyakit Infeksi Kulit/Dematiities
Disaesa
|
5085
|
16,66
|
3.
|
Penyakit Reumatik/Rheumatism
Disaesa
|
3298
|
10,81
|
4.
|
Penyakit Kulit Karena Alergi
|
2684
|
4,41
|
5.
|
Penyakit Gastritis/Gastritis
Disaesa
|
2287
|
7,49
|
6.
|
Penyakit Diare/Diarrhoe Disaesa
|
2151
|
7,05
|
7.
|
Penyakit Pulpa dan Jaringan Periepikel
|
1888
|
6,19
|
8.
|
Kecelakaan dan Ruda Paksa
|
1418
|
4,65
|
9.
|
Penyakit Hipertensi/Hypertension
Disaesa
|
1346
|
4,41
|
10.
|
Abses
|
308
|
1,01
|
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pariaman Tahun 2009
Table
4. Sepuluh jenis penyakit terbanyak
kunjungan di Puskesmas
No.
|
Jenis Penyakit
|
kunjungan kasus
|
Persentase
|
1.
|
Penyakit saluran pernapasan bhg.atas (ISPA)/ Upper Disaesa Channel Exhalation
|
13,804
|
2.13
|
2.
|
Penyakit Infeksi Kulit/Dematiities
Disaesa
|
4,651
|
2.02
|
3.
|
Penyakit Reumatik/Rheumatism
Disaesa
|
4,582
|
1.46
|
4.
|
Penyakit Gastritis/Gastritis
Disaesa
|
3,382
|
1.43
|
5.
|
Penyakit Diare/Diarrhoe Disaesa
|
2,964
|
1.30
|
6.
|
Penyakit Hipertensi/Hypertension
Disaesa
|
2,621
|
1.02
|
7.
|
Penyakit Asma / Asthma disease
|
1,905
|
0.56
|
8.
|
Penyakit gigi / Dent Disease
|
1,583
|
0.51
|
9.
|
Penyakit bronchitis / Bronchitis
Disease
|
1,436
|
0.37
|
10.
|
Penyakit infeksi jamur / Infection Mushroom Disease
|
1,043
|
0.35
|
Sumber : Pariaman dalam angka
2010
Pembangunan
di bidang kesehatan menunjukkan kemajuan yang relatif cukup baik walaupun masih
ditemukan permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian berbagai
indikator kesehatan pada tahun 2008 sebagai berikut : usia harapan hidup
(67,7), angka kematian bayi ( 21 Orang ), angka kematian ibu melahirkan ( 1
Orang ) dan status gizi buruk ( 17 orang ).
Peningkatan
kinerja di bidang kesehatan ini tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah
maupun bantuan pemerintah pusat dalam meningkatkan fasilitas atau jumlah sarana
dan prasarana kesehatan, seperti puskesmas, pustu dan lainnya, serta
peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan serta penyediaan obat-obat
esensial bagi masyarakat.
Berbagai
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dapat dilihat melalui :
1.
Pelayanan kesehatan dasar, yaitu peningkatan
mutu pelayanan dengan quality insurance yang dapat dilihat dari
indikator seperti meningkatnya angka
kunjungan puskesmas, peningkatan
kualitas peralatan puskesmas, puskesmas pembantu serta peningkatan puskesmas
pembantu menjadi puskesmas.
2.
Peningkatan sarana pelayanan kesehatan, yang
terdiri dari puskesmas yang juga diperkuat dengan puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling, pada tahun 2007 jumlah puskesmas mencapai 4 unit, puskesmas
pembantu 9 unit dan puskesmas keliling 6 unit, rumah bersalin 7 unit, rumah
obat 1 unit, apotik 6 unit, posyandu 132 unit, dan terdapat 5 unit klinik
swasta. Maka pada tahun 2007 jumlah puskesmas mencapai 6 unit, puskesmas
pembantu 9 unit dan puskesmas keliling 14 unit, rumah bersalin 7 unit, rumah
obat 1 unit, apotik 6 unit, posyandu 132 unit, dan terdapat 5 unit klinik
swasta Walaupun fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas terdapat
di semua kecamatan dan ditunjang oleh pustu, namun pemerataan &
keterjangkauan pelayanan kesehatan kadangkala masih menjadi kendala.
3.
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan, dalam hal ini formasi dan kapasitas tenaga kesehatan pada saat ini
sudah mencukupi kebutuhan bagi sarana pelayanan kesehatan yang ada, dengan
tenaga kesehatan seluruhnya pada tahun 2006 tercatat sebanyak 50 orang, yang
terdiri dari Dokter Umum 10 orang, Dokter Gigi 9 orang, Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) 18 orang, Sarjana Farmasi 8 orang, Sarjana non Kesehatan 1
orang dan Dokter PTT sebanyak 4 orang. pada tahun 2007 tercatat sebanyak 247
orang, yang terdiri dari Medis 24 orang, Bidan 142 orang, Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) 24 orang, Sarjana Farmasi 26 orang, Gizi 12 orang, Teknisi
medis 2 orang, dan Sanitasi 17 orang.
Meskipun beberapa
keberhasilan telah dicapai namun masih ditemui berbagai permasalahan seperti :
1) Masih
rendahnya kualitas pelayanan kesehatan penduduk, yang terlihat dari masih
tingginya keluhan masyarakat atas pelayanan tenaga kesehatan Kota Pariaman;
2) Masih
rendahnya tingkat gizi masyarakat dan masih ditemuinya proporsi balita yang mengalami gizi kurang;
3) Meningkatnya angka kesakitan penyakit menular
seperti TBC dan semakin meningkatnya angka kesakitan degeneratif seperti
penyakit jantung dan stroke;
4) Masih terdapat kesenjangan kualitas sarana dan
prasarana kesehatan;
5) Belum
meratanya jumlah dan penyebaran komposisi serta mutu tenaga kesehatan dan
tingginya biaya yang diperlukan bagi pelayanan kesehatan serta mahalnya harga
obat-obatan sehingga tidak terjangkau dengan daya beli masyarakat[3].
Berdasarkan
data statistic tahun 2009 jumlah sarana kesehatan yang ada di Kota Pariaman
selama tahun 2009 tidak mengalami perubahan yang berarti. Seluruh kecamatan
yang terdapat di Kota Pariaman sudah memiliki Puskesmas, bahkan memiliki dua
Puskesmas. Secara keseluruhan terdapat 6 Puskesmas, 12 Puskesmas Keliling, dan
12 Puskesmas Pembantu.
Untuk
melayani kesehatan seluruh penduduk, Kota Pariaman pada tahun 2009 memiliki 21
orang dokter umum, 9 orang dokter gigi, 43 orang sarjana kesehatan masyarakat,
48 orang sarjana farmasi, 6 orang sarjana kesehatan, 1 orang dokter PTT, dan 60
orang bidan[4].
1.5.
Sosial Masyarakat
Masyarakat
Minangkabau secara tradisional telah memiliki beberapa prinsip filosofi yang
mengatur konsepsi hidup dan kehidupan masyarakatnya. Filosofi adat Minang
tersebut adalah Alam Takambang Jadi Guru (filosofi alam). Masyarakat Minang
telah memasukkan alam sebagai bagian dari kehidupan mereka secara integral.
Mereka belajar dari alam untuk kemudian menjadikannnya sebagai inspirasi bagi
prinsip hidup dari kehidupannya.
Berdasarkan
perhitungan BPS 2010 hampir 100% penduduk Kota Pariaman beragama Islam, 0,06%
lainnya Bergama Protestan. Rumah peribadatan yang ada meliputi 61 mesjid dan 197
mushalla/langgar yang tersebar di semua kecamatan.
Seperti
masyarakat Minangkabau pada umumnya, penduduk Kota Pariaman menganut garis
keturunan ibu (matrilineal). Konsep matrilineal merupakan turunan dari konsep
keluarga (system kekerabatan) yang mengikuti garis keturunan ibu.
Berdasarkan
uraian mengenai tradisi masyarakat Minangkabau diatas dapat ditarik sebuiah
kesimpilan awal bahwa dilihat dari segi kemasyarakatannya, tata aturan nilai
dan lembaga pemerintahan yang mengaturnya, masyarakat adat Minang sangat
terbuka terhadap dinamika dan progress (kemajuan) yang terjadi di wilayahnya.
Ini akan menguntungkan dalam pembangunan Kota Pariaman itu sendiri, karena
dalam pembangunan dan juga sebagai control pembangunan.
1.6. Perekonomian
Secara
umum pada tahun 2008 Perekonomian Kota Pariaman ini masih didominasi 4 (empat)
sektor utama sebagai penghasil nilai tambah terbesar terhadap PDRB Kota
Pariaman. Empat sektor utama tersebut adalah sektor pertanian, sektor
jasa-jasa, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor industri.
Sektor
pertanian memberikan kontribusi sebesar 27,06% dari total PDRB Kota Pariaman
tahun 2008. sektor jasa-jasa memberikan sumbangan sebesar 16,69%, Sektor
angkutan dan komunikasi memberikan sumbangan sebesar 12,49%, sektor industri
memberikan sumbangan sebesar 12,42% sedangkan 5 sektor lainnya dalam
perekonomian yang meliputi sektor Pertambangan dan penggalian, sektor listrik
dan air minum, Sektor bangunan, Sektor perdagangan, Hotel dan restoran serta
Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan secara keseluruhan hanya
memberikan sumbangan sebesar 31,34 Persen terhadap Produk Domestik Regional
Bruto Kota Pariaman tahun 2008.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama periode tertentu tidak
terlepas dari perkembangan masing-masing sektor maupun sub sektor yang ikut
membentuk nilai tambah perekonomian Kota Pariaman. Untuk lebih jelasnya berikut
dijelaskan peranan masing-masing sektor dan sub. Sektor dalam membentuk nilai
tambah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman.
Tabel 5.
Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Pariaman Tahun 2007 – 2008
Sektor
|
Pertumbuhan
|
Kontribusi
|
||
2007
|
2008
|
2007
|
2008
|
|
Pertanian
|
3,83
|
5,03
|
28,51
|
28,84
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
2,57
|
0,39
|
1,91
|
1,79
|
Industri
Pengolahan
|
5,08
|
7,41
|
11,07
|
11,40
|
Listrik,
dan Air Minum
|
9,78
|
3,78
|
1,42
|
1,35
|
Bangunan
|
7,40
|
6,62
|
8,38
|
8,43
|
Perdagangan,
Hotel & Restoran
|
6,11
|
6,33
|
10,47
|
10,67
|
Angkutan
dan Komunikasi
|
6,79
|
5,49
|
15,74
|
15,48
|
Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
|
7,37
|
5,21
|
7,67
|
7,47
|
Jasa-jasa
|
4,00
|
5,06
|
15,36
|
14,57
|
Total
|
4,87
|
5,59
|
100,00
|
100,00
|
Sumber :
PDRB menurut lapangan usaha Kota Pariaman (2004-2008)
Pertumbuhan
dan kontribusi masing-masing sektor
yaitu:
Sektor
Pertanian: Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman,
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada
tahun 2008 sektor Pertanian masih merupakan produk andalan Kota Pariaman dalam
membentuk PDRB. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan sumbangan terhadap
pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 28,84 % dan pada tahun 2007 sebesar
28,51 %.
Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi: Peranan sektor Angkutan dan
Komunikasi dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 15,74
% pada tahun 2007 menjadi 15,48 % pada tahun 2008. Dilihat dari pertumbuhannya
sektor ini pun tumbuh melambat dari tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2007
tercatat pertumbuhan sektor ini sebesar 6,79 % melambat menjadi 5,49 % pada
tahun 2008. perlambatan pertumbuhan sektor ini diduga disebabkan karena
melemahnya sub sektor angkutan darat, dari 5,04% pada tahun 2007 hanya tumbuh
sebesar 3,36 % pada tahun 2008.
Sektor
Jasa-jasa: Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB
Kota Pariaman mengalami penurunan dari 14,83 % pada tahun 2007 turun menjadi
14,57 % pada tahun 2008. dilihat pertumbuhannya sektor ini tumbuh dari 4,59 %
pada tahun 2007 menjadi 5,06 pada tahun 2008.
Sektor
Industri Pengolahan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota
Pariaman tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 peranan
sektor industri terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 11,07
%. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,40 %. Meningkatnya peranan sektor ini
juga diiringi dengan meningkatnya pertumbuhannya. Pada tahun 2007
pertumbuhannya tercatat sebesar 5,08 %, tumbuh menjadi 7,41 % tahun 2008.
Table 6.
Jumlah Unit Usaha Industri Kecil dan Rumah Tangga Menurut Cabang
Industri
No.
|
Cabang Industri
|
Formal
|
Non Formal
|
Jumlah
|
1.
|
Industry
pangan
|
86
|
248
|
344
|
2.
|
Industry
sandang
|
80
|
225
|
305
|
3.
|
Industry
kimia dan bahan bangunan
|
140
|
88
|
228
|
4.
|
Industry
logam dan elektronika
|
40
|
120
|
160
|
5.
|
Industry
kerajinan
|
225
|
300
|
525
|
Jumlah
|
581
|
981
|
1.562
|
Sumer :
Pariaman dalam angka 2010
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran: Sektor
ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 sektor ini
memberikan kontribusi sebesar 10,47%, naik menjadi 10,67% pada tahun 2008.
Peningkatan distribusi sektor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
kontribusi sub sektor Perdagangan besar dan Enceran dari 9,57% pada tahun 2007
menjadi 9,81 % pada tahun 2008. Dengan demikian sektor ini mengalami
pertumbuhan sebesar 6,33% pada tahun 2008.
Sektor Bangunan / Konstruksi: Sektor
ini pada tahun 2007 memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota
Pariaman sebesar 8,38%. Pada tahun 2008 naik menjadi 8,43%. Dilihat dari
pertumbuhannya, pada tahun 2007 sektor ini tumbuh sebesar 7,40% dan melambat
6,62% pada tahun 2008.
Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan: Peranan sektor ini dalam
pembentukan PDRB Kota Pariaman juga mengalami penurunan dari 7,67% pada tahun
2007 menjadi 7,47 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhannya sektor ini
pada tahun 2007 tercatat sebesar 7,37% tumbuh melambat menjadi 5,21 % pada
tahun 2008.
Sektor Pertambangan dan Galian: Sektor ini mengalami penurunan kontribusi
terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman yaitu sebesar 1,91% pada tahun 2007
menjadi 1,79 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhan sektor ini mengalami
peningkatan yaitu dari 4,93 % pada Tahun 2007 menjadi 9,72 % pada tahun 2008.
Sektor
Listrik dan Air Minum: Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman. Kontribusi sektor
ini mengalami penurunan dari tahun 2007 adalah sebesar 1,42% menjadi 1,35 %
pada tahun 2008, sedangkan pertumbuhannya melambat menjadi 3,78 % pada tahun
2008 dibandingkan dengan tahun 2007 adalah 9,78%. Melambatnya pertumbuhan
sektor ini, terutama disebabkan karena melambatnya sub sektor listrik dari
9,93% pada tahun 2007 menjadi 3,68 % pada tahun 2008.
Perkembangan
Kelompok Sektor PDRB dapat dilihat dari komposisi sektor perekonomian terhadap
pembentukan PDRB. Dengan melihat struktur perekonomian daerah dapat diketahui
sektor mana yang menjadi andalan Kota Pariaman dan sektor mana yang memiliki
efek multiplier yang tinggi, yang memberikan dampak keterkaitan ke depan maupun
keterkaitan ke belakang yang tinggi
sehingga kebijakan pembangunan yang dilakukan dapat diprioritaskan sesuai
dengan potensi yang ada. Jika ini dilaksanakan akan menghasilkan peningkatan
ekonomi masyarakat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada dasarnya
sektor-sektor perekonomian dapat dikelompokan dalam tiga kelompok sektor, yaitu
kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pengelompokan kegiatan ekonomi
ini didasarkan atas input-input atau asal terjadinya proses produksi untuk
masing-masing produsen.
Kelompok
sektor primer meliputi kegiatan yang out putnya masih merupakan output proses
tingkat dasar. Kelompok sektor primer terdiri atas sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya. Sumbangan kelompok sektor primer pada tahun 2007 sebesar 30,43
persen terhadap total PDRB atau memberikan nilai tambah sebesar 342,55 milyar
rupiah. Pada tahun 2008 sektor primer memberikan sumbangan sebesar 30,63
persen, atau memberikan nilai tambah sebesar
403,82 milyar rupiah. Kenaikan kontribusi kelompok sektor primer ini
diiringi dengan penurunan proporsi sumbangan kelompok sektor sekunder.
Tabel 7. Perkembangan Sektor Perekonomian Kota
Pariaman
Kelompok Sektor
|
Nilai Tambah Bruto (dlm milyar Rp.)
|
Kontribusi (%)
|
||
2007
|
2008
|
2007
|
2008
|
|
Primer
|
342,55
|
403,82
|
30,42
|
30,63
|
Sekunder
|
235,00
|
279,24
|
20,87
|
21,18
|
Tersier
|
548,48
|
635,32
|
48,71
|
48,19
|
PDRB
|
1.126,04
|
1318,38
|
100,00
|
100,00
|
Sumber
: PDRB menurut lapangan usaha Kota
Pariaman (2003-2007)
Kelompok
sekunder merupakan kelompok sektor yang paling rendah dalam menghasilkan nilai tambah
dalam membentuk PDRB Kota Pariaman. Pada tahun 2007 kelompok sektor ini hanya
menghasilkan nilai tambah sebesar 235 Milyar rupiah atau 20,87 persen dari
total PDRB Kota Pariaman. Pada tahun 2008, nilai tambah kelompok sektor
sekunder mengalami peningkatan yakni menjadi sebesar 279,24 milyar rupiah atau
meningkat menjadi sebesar 21,18 persen terhadap pembentukan total PDRB Kota
Pariaman.
Sementara
itu, kelompok sektor tersier merupakan angka terbesar dalam struktur
perekonomian Kota Pariaman. pada tahun 2007 memberikan nilai tambah terhadap
pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 548,49 Milyar rupiah, dengan
kontribusi sebesar 48,70 persen. Pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar
635,32 milyar rupiah dengan kontribusi sebesar 48,19 persen[5].
1.7. Institusi dan Organisasi
Pemda
Institusi
di Kota Pariaman merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Di Kota Pariaman, terdapat 2 (dua) buah
sekretariat yaitu Sekretaris Daerah dan Sekretaris Dewan. Selain itu juga
terdapat 8 (delapan) lembaga teknis daerah yaitu Inspektorat; Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda); Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa; Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana; Badan Kepegawaian Daerah (BKD); Kantor Kesatuan Bangsa,
Politik, dam Perlindungan Masyarakat; Kantor Lingkungan Hidup (KLH); dan Satuan
Polisi Pamong Praja.
Pemerintahan
Kota Pariaman juga diperkuat dengan adanya 12 (dua belas) dinas, antara lain:
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga;
Dinas Kesehatan ; Dinas Sosial Tenaga Kerja;
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil; Dinas Pekerjaan Umum; Dinas Tata Ruang; Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset; Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata; Dinas Koperasi, Industri dan
Perdagangan; Dinas Pertanian; Dinas Kelautan dan Perikanan.
Sampai
saat sekarang, kelembagaan yang secara khusus menangani sanitasi di kota belum
ada. Penanganan dilakukan secara bersama dan menjadi tanggung jawab beberapa
lembaga atau instansi yang terkait. Dinas atau badan yang mengemban tugas
dibidang sanitasi adalah antara lain:
1. Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
2.
Dinas Kesehatan
3.
Dinas Pekerjaan Umum
4.
Dinas Tata Ruang
1.8. Tata Ruang Wilayah
Penanggulangan bencana alam di Kota Pariaman terus
dilakukan, di mana Kota Pariaman merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana
alam
baik tektonik
maupun vulkanik. Disamping bencana alam yang berasal dari gempa bumi (tektonik
dan vulkanik) dan ancaman tsunami, Kota Pariaman juga rawan terhadap bencana
banjir, longsor lahan pada saat musim hujan dan kebakaran lahan/hutan saat
musim kemarau.
Beberapa
peristiwa tersebut menimbulkan permasalahan seperti: (1) Kepanikan masyarakat
terutama masyarakat pesisir akan terjadinya tsunami; (2) Kepanikan seluruh
masyarakat akan kekuatan bangunan rumah apabila terjadi gempa bumi skala besar;
(3) Kerusakan infrastruktur perhubungan serta, (4) Kerusakan lingkungan.
Undang-Undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai peraturan tertinggi dan
Perda Nomor 13 tahun 1994 yang mengatur pelaksanaan penataan ruang di Sumatera
Barat sampai saat ini masih belum dapat diimplementasikan secara nyata. Peran
rencana tata ruang wilayah sebagai acuan pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang belum dipahami dengan baik dan menyeluruh.
Hal ini
disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) Belum dimengerti dan dipahaminya
produk tata ruang; (2) Lebih dominan dan dikemukakannya kepentingan beberapa
sektor yang dianggap akan memberikan kontribusi yang lebih banyak; (3) Lemahnya
kapasitas baik secara pribadi maupun kelembagaan yang menangani penataan ruang
terutama pada tahap pengendalian; serta (4) Ketidakkonsistenan para pengambil
kebijakan dengan produk tata ruang yang ada walaupun telah mempunyai kekuatan
hukum seperti peraturan daerah.
Berdasarkan
hal tersebut perlu adanya perubahan yang mendasar dalam pelaksanaan kegiatan
penataan ruang dalam rangka mendorong dan menyukseskan kegiatan pembangunan di
masa mendatang. Rencana tata ruang yang disusun hendaknya dapat memfasilitasi
perubahan-perubahan yang terjadi, seperti tuntutan perubahan paradigma dengan
adanya otonomi daerah (UU No. 32 dan No. 33 tahun 2004), globalisasi,
partisipasi masyarakat serta tuntutan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, merupakan beberapa hal penting yang merupakan keharusan untuk dapat
diaplikasikan dalam setiap gerak langkah penataan ruang.
Perubahan pola hubungan serta kewenangan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah sejalan dengan
pelaksanaan undang-undang Nomor 32 dan undang-undang Nomor 33 tahun 2004,
secara mendasar akan merubah sistem, pola pendekatan, penyelenggaraan kegiatan
penataan ruang wilayah. Otonomi daerah dengan titik berat pada daerah Kabupaten
dan Kota akan memberikan wewenang yang jauh lebih besar pada daerah tersebut
untuk mengelola kegiatan penataan ruang di wilayahnya.
Propinsi
akan berperan yang bersifat koordinatif khususnya melalui pengembangan
prasarana dan sarana dasar, serta pengembangan kawasan-kawasan tertentu yang
bersifat lintas kabupaten, propinsi serta memiliki kepentingan secara nasional
dalam rangka menjaga kesinambungan perkembangan dan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan konstelasi penataan ruang wilayah
tersebut perlu diantisipasi oleh daerah tidak hanya dari aspek sistem penataan
ruangnya saja (perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian) tetapi juga aspek kelembagaan dan perangkat
hukum penunjangnya berupa peraturan-peraturan daerah tentang penataan ruang
secara khusus maupun peraturan-peraturan lain yang berhubungan dan menunjang
penataan ruang.
Sejak
berdirinya Kota Pariaman sebagai kota otonom, kegiatan penataan ruang yang
telah dilakukan adalah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang hingga
saat ini telah didukung dengan Peraturan
Daerahnya.
Pengelola
pertanahan sebagai aktor pengendali pemanfaatan dan penggunaan tanah sebagai
sumberdaya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui menghadapi tantangan
dalam pelaksanaan pembangunan yang semakin hari membutuhkan penyediaan tanah
dalam jumlah besar.
Pengurusan
administrasi pertanahan yang saat ini menjadi kewenangan daerah otonom
diharapkan dapat mempercepat berbagai program pembangunan dan penyelesaian
kasus tanah di daerah baik di tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota yang
bersangkutan. Disisi lain hal ini menuntut adanya peningkatan kapasitas kerja
(kualitas dan kuantitas) dari lembaga dan aparat pertanahan di daerah.
Beberapa
kewenangan yang dilimpahkan menjadi kewenangan daerah adalah administrasi hak
milik, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, hak guna atas usaha dan
juga kewenangan untuk melakukan inventarisasi tanah, penyediaan data pokok
pertanahan, penyediaan data pokok pertanahan yang dapat diakses oleh semua
pihak, pengukuran dan pemetaan, pengawasan dan pengendalian pertanahan. Selain
itu pemerintah kabupaten dan kota juga diberi kewenangan untuk mengeluarkan
perizinan, pemeriksaan dan pengesahan kontrak, izin lokasi konsolidasi lahan
dan lain-lainnya.
Permasalahan
mendasar penataan ruang saat ini adalah:
1)
Pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang belum dapat
terlaksana secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa fakta antara
lain : Telah terjadi peralihan fungsi lahan seperti lahan sawah menjadi lahan
permukiman dan perdagangan. Banyak terjadi pengalihan fungsi penggunaan lahan
seperti perubahan lahan sawah irigasi teknis menjadi kawasan permukiman yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Munculnya konflik kepentingan dalam
pemanfaatan ruang oleh para pelaku
ekonomi, masyarakat dan pemerintah di daerah. Tidak terkendalinya
perkembangan fisik dari segi tata bangunan, estetika dikawasan pertokoan dan
pusat-pusat pertumbuhan. Hal ini diakibatkan antara lain karena adanya
keterbatasan data dan informasi sebagai masukan dalam proses perencanaan tata ruang ditinjau dari
segi kelengkapan dan akurasi.
2)
Penegakan dan sanksi hukum terhadap pelanggaran
peruntukan tanah belum dilakukan sebagaimana mestinya. Kemampuan pemerintah
daerah dalam pemberian sanksi atas penyimpangan dalam penataan ruang masih
lemah dan tidak efektif.
3)
Belum lengkap dan serasinya peraturan penataan
ruang dengan peraturan lain yang terkait.
4)
Belum memasyarakatnya produk rencana tata ruang
karena pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan sosialisasi rencana tata ruang.
Hal ini terlihat dari kurangnya keterlibatan pelaku pembangunan termasuk
masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang sehingga belum dapat
menampung aspirasi masyarakat kecil yang merupakan kelompok masyarakat terbesar
yang selanjutnya mengurangi legitimasi rencana tata ruang ini di tengah
masyarakat.
Beberapa
masalah di bidang pengelolaan pertanahan antara lain: (1) Permasalahan status
tanah ulayat masih merupakan permasalahan klasik yang banyak terjadi di
tengah-tengah masyarakat, (2) Permasalahan status kepemilikan tanah timbul
terutama sekali akibat akresi/tanah timbul pinggir pantai (pasie maelo), dan
(3) Masih lemahnya perencanaan dan pengembangan sumberdaya tanah. Adanya
kawasan strategis, cepat tumbuh, kawasan andalan dan kawasan tertinggal lainnya
akan sangat memerlukan perencanaan dan pengembangan sumberdaya tanah dengan
skala yang lebih terukur, terutama untuk mengantisipasi berbagai benturan yang
akan terjadi antar sektor dalam mengelola pertanahan untuk pembangunan daerah
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat [7].
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian
analisis situasi di atas, makan penulis merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah komposisi
penduduk Kota Pariaman berdasarkan umur dan jenis kelamin?
2.
Bagaimanakah
komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan ciri-ciri sosial?
3.
Bagaimanakah
komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan ciri-ciri ekonomi?
4.
Bagaimanakah
komposisi penduduk Kota Pariaman berdasarkan tempat tinggal?
5. Bagaimanakah pengaruh keadaan sosial masyarakat
dengan angka fertilitas, mortalitas, kematian bayi dan migrasi penduduk Kota
Pariaman ?
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pola Pemukiman Penduduk
Kota Pariaman merupakan Kota Pesisir, ibu
kotanya berada di Kec. Pariaman Tengah.
Lebih dari 75 persen dari penduduknya tinggal di daerah pusat kota. Pola
pemukiman penduduk Kota Pariaman pada umumnya mengikuti garis pantai, jalan dan
aliran sungai. Hal ini dikarenakan morfologi Kota Pariaman yang berupa dataran
dengan sedikit bukit. Total jumlah penduduk yang tinggal di Kec. Pariaman
Tengah yang merupakan kawasan pesisir adalah 29.180 penduduk. Kecamatan berikutnya dengan
jumlah penduduk terpadat adalah Kecamatan Pariaman Utara, Kecamatan Pariaman
Timur dan terakhir dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan
Pariaman Selatan.
2.2
Pengaruh Morfologi Lahan Dengan Perekonomian
Masyarakat
Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang
terletak di pantai barat Provinsi Sumatera Barat dengan ketinggian antara 2
sampai dengan 35 m diatas permukaan laut dengan luas daratan 73,54 km² dan luas
lautan 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil: Pulau Bando, Pulau Gosong,
Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak. Panjang pantai lebih
kurang 12,7 km.
Karena terletak di tepi pantai pada umumnya
merupakan hamparan dataran rendah yang landai. Kondisi topografi Kota Pariaman
dapat dikelompokkan kepada jenis morfologi dataran dengan ketinggian antara 2 –
35 meter di atas permukaan laut dengan sedikit daerah perbukitan. Luas
kemiringan lahan dapat dilihat pada Tabel
2.1.[8]
Keadaan
Topografi Kota Pariaman berupa daratan seluas 73,36 km2 atau 80
persen dari wilayah daratan merupakan daratan rendah dengan ketinggian antara 2
sampai 35 meter dari permukaan air laut, sedangkan yang lainnya merupakan
daerah bergelombang yaitu 20 persen. Kemiringan tanah yaitu 3 sampai 15 persen.
Kondisi Topografi Kota Pariaman
Kondisi
Topografi
|
Luas (ha)
|
Persentase
(%)
|
Datar (0-2%)
|
6.786
|
92,7
|
Bergelombang (3-15%)
|
164
|
2,23
|
Curam (16-40%)
|
366
|
5,06
|
Sangat Curam > 40%
|
0
|
0
|
Jumlah
|
100
|
Sumber: Hasil analisis, 2010.
Kota
Pariaman memiliki jenis batuan resen
dan tuna vulkan. Keadaann topografi
wilayah dan geomorfologi dan bentuk wilayah secara bersama-sama membentuk pola
aliran sungai. Kota Pariaman dilalui oleh 4 buah sungai yaitu Batang Manggung
yang melalui kecamatan Pariaman Utara, Batang Piaman dan Batang Mangor yang
berhulu di Kecamatan Pariaman Selatan dan melewati Kecamatan Pariaman Tengah.
Panjang sungai Batang Piaman adalah 12,00 Km, Batang Manggung 11,50 Km, dan
Batang Mangor 11,80 Km.
Potensi
sumberdaya air sejauh ini baru dimanfaatkan untuk irigasi pertanian dan air
bersih. Irigasi pertanian telah meliputi area pertanian lebih kurang seluas
2.886 ha. Berikut daftar lokasi irigasi yang ada pada saat ini[9]
:
- Talang kuning = 758 ha
- Air santok = 803 ha
- Sungai rambai sintuak = 125 ha
- Pakasai IV angkek = 230 ha
- Tungkal = 136 ha
- Irigasi desa (12 DL) = 834 ha
Gambar 2.5. DAS Batang Mangau
|
Gambar 2.4. DAS Batang Manggung
|
Gambar 2.2. DAS Batang Piaman
|
Pada umumnya sungai di Kota Pariaman mengalir dari
wilayah timur laut ke barat daya, dari Manggau yang melalui
Pariaman Selatan. Potensi pemenuhan kebutuhan akan air bersih di Kota Pariaman
pada umumnya relative besar karena dangkalnya air tanah di wilayah ini sehingga
memudahkan penduduk dalam pengggunaaannya. [10]
wilayah yang lebih tinggi ke wilayah dataran di
bagian barat daya. Pola pengaliran sungai yang relatif parallel menunjukkan
perubahan morfologi yang konsisten. Pada daerah pantai aliran sungai umumnya
berubah membentuk pola aliran sejajar pantai.[11]
Gambar 2.6. Peta
Topografi Kota Pariaman
Dengan keadaan morfologi yang seperti ini,
perekonomian Kota Pariaman dipengaruhi oleh beberapa sektor, yang diantaranya
saling mendukung satu sama lain. Sehingga kemajuan ekonomi dapat diraih dari
periode tahun 2007 ke 2008.
Tabel 5. Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kota Pariaman Tahun
2007 – 2008 .
Sektor
|
Pertumbuhan
|
Kontribusi
|
||
2007
|
2008
|
2007
|
2008
|
|
Pertanian
|
3,83
|
5,03
|
28,51
|
28,84
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
2,57
|
0,39
|
1,91
|
1,79
|
Industri
Pengolahan
|
5,08
|
7,41
|
11,07
|
11,40
|
Listrik,
dan Air Minum
|
9,78
|
3,78
|
1,42
|
1,35
|
Bangunan
|
7,40
|
6,62
|
8,38
|
8,43
|
Perdagangan,
Hotel & Restoran
|
6,11
|
6,33
|
10,47
|
10,67
|
Angkutan
dan Komunikasi
|
6,79
|
5,49
|
15,74
|
15,48
|
Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan
|
7,37
|
5,21
|
7,67
|
7,47
|
Jasa-jasa
|
4,00
|
5,06
|
15,36
|
14,57
|
Total
|
4,87
|
5,59
|
100,00
|
100,00
|
Sumber :
PDRB menurut lapangan usaha Kota Pariaman (2004-2008)
Pertumbuhan
dan kontribusi masing-masing sektor
yaitu:
Sektor
Pertanian: Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman,
bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Pada
tahun 2008 sektor Pertanian masih merupakan produk andalan Kota Pariaman dalam
membentuk PDRB. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan sumbangan terhadap
pembentukan PDRB Kota Pariaman sebesar 28,84 % dan pada tahun 2007 sebesar
28,51 %.
Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi: Peranan sektor Angkutan dan
Komunikasi dalam pembentukan PDRB Kota Pariaman mengalami penurunan dari 15,74
% pada tahun 2007 menjadi 15,48 % pada tahun 2008. Dilihat dari pertumbuhannya
sektor ini pun tumbuh melambat dari tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2007
tercatat pertumbuhan sektor ini sebesar 6,79 % melambat menjadi 5,49 % pada
tahun 2008. perlambatan pertumbuhan sektor ini diduga disebabkan karena
melemahnya sub sektor angkutan darat, dari 5,04% pada tahun 2007 hanya tumbuh
sebesar 3,36 % pada tahun 2008.
Sektor
Jasa-jasa: Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB
Kota Pariaman mengalami penurunan dari 14,83 % pada tahun 2007 turun menjadi
14,57 % pada tahun 2008. dilihat pertumbuhannya sektor ini tumbuh dari 4,59 %
pada tahun 2007 menjadi 5,06 pada tahun 2008.
Sektor
Industri Pengolahan: Peranan sektor ini dalam pembentukan PDRB Kota
Pariaman tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 peranan
sektor industri terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman tercatat sebesar 11,07
%. Pada tahun 2008 meningkat menjadi 11,40 %. Meningkatnya peranan sektor ini
juga diiringi dengan meningkatnya pertumbuhannya. Pada tahun 2007
pertumbuhannya tercatat sebesar 5,08 %, tumbuh menjadi 7,41 % tahun 2008.
Table 6.
Jumlah Unit Usaha Industri Kecil dan Rumah Tangga Menurut Cabang
Industri
No.
|
Cabang Industri
|
Formal
|
Non Formal
|
Jumlah
|
1.
|
Industry
pangan
|
86
|
248
|
344
|
2.
|
Industry
sandang
|
80
|
225
|
305
|
3.
|
Industry
kimia dan bahan bangunan
|
140
|
88
|
228
|
4.
|
Industry
logam dan elektronika
|
40
|
120
|
160
|
5.
|
Industry
kerajinan
|
225
|
300
|
525
|
Jumlah
|
581
|
981
|
1.562
|
Sumer :
Pariaman dalam angka 2010
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran: Sektor
ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 sektor ini
memberikan kontribusi sebesar 10,47%, naik menjadi 10,67% pada tahun 2008.
Peningkatan distribusi sektor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya
kontribusi sub sektor Perdagangan besar dan Enceran dari 9,57% pada tahun 2007
menjadi 9,81 % pada tahun 2008. Dengan demikian sektor ini mengalami
pertumbuhan sebesar 6,33% pada tahun 2008.
Sektor Bangunan / Konstruksi: Sektor
ini pada tahun 2007 memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota
Pariaman sebesar 8,38%. Pada tahun 2008 naik menjadi 8,43%. Dilihat dari
pertumbuhannya, pada tahun 2007 sektor ini tumbuh sebesar 7,40% dan melambat
6,62% pada tahun 2008.
Sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan: Peranan sektor ini dalam
pembentukan PDRB Kota Pariaman juga mengalami penurunan dari 7,67% pada tahun
2007 menjadi 7,47 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhannya sektor ini
pada tahun 2007 tercatat sebesar 7,37% tumbuh melambat menjadi 5,21 % pada
tahun 2008.
Sektor Pertambangan dan Galian: Sektor ini mengalami penurunan kontribusi
terhadap pembentukan PDRB Kota Pariaman yaitu sebesar 1,91% pada tahun 2007
menjadi 1,79 % pada tahun 2008. dilihat dari pertumbuhan sektor ini mengalami
peningkatan yaitu dari 4,93 % pada Tahun 2007 menjadi 9,72 % pada tahun 2008.
Sektor
Listrik dan Air Minum: Sektor yang paling kecil memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pariaman. Kontribusi sektor
ini mengalami penurunan dari tahun 2007 adalah sebesar 1,42% menjadi 1,35 %
pada tahun 2008, sedangkan pertumbuhannya melambat menjadi 3,78 % pada tahun
2008 dibandingkan dengan tahun 2007 adalah 9,78%. Melambatnya pertumbuhan
sektor ini, terutama disebabkan karena melambatnya sub sektor listrik dari
9,93% pada tahun 2007 menjadi 3,68 % pada tahun 2008.
2.3. Pengaruh
Angka Pertumbuhan Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Kota
Pariaman
Jumlah penduduk Kota Pariaman selama kurun waktu 10 tahun yaitu tahun
1998-2008 berfluktuasi, dimana tahun 2001 jumlah penduduk sebesar 71.911 jiwa dan tahun 2008 jumlah penduduk
meningkat menjadi 78.454 jiwa. Lebih jelasnya jumlah penduduk Kota Pariaman dari tahun
1998-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel
2.3.
Jumlah
Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kota
Pariaman 2001-2010
Tahun
|
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
|
Kepadatan penduduk
(Jiwa/Km)
|
Laju Pertumbuhan Penduduk (r)
|
2001
|
71.472
|
974
|
1,46
|
2002
|
72.399
|
987
|
2,65
|
2003
|
73.456
|
1.001
|
2,12
|
2004
|
75.406
|
1.028
|
0,25
|
2005
|
77.006
|
1.050
|
0,36
|
2006
|
77.201
|
1.052
|
1,28
|
2007
|
77.480
|
1.056
|
0,10
|
2008
|
78.474
|
1.069
|
1,40
|
2009
|
78.552
|
1.070
|
1,20
|
2010
|
79.653
|
1.085
|
1,46
|
: Sumber : Kota
Pariaman dalam Angka Tahun 2010
Jika diperhatikan jumlah penduduk Kota Pariaman dari
tahun 2001-2010 mengalami kenaikan jumlah penduduk yang cukup signifikan yaitu
71.472 tahun 2001 meningkat menjadi 79.653 jiwa pada tahun 2010, pertumbuhan
penduduk Kota Pariaman berkembang dengan cepat.
Pada kurun waktu 1998-2008 pertumbuhan penduduk Kota Pariaman rata-rata 1,23 %.
Kepadatan penduduk di Kota Pariaman tahun 2001
adalah 974 jiwa/km2, sedangkan tahun 2010 kepadatan penduduk Kota
Pariaman meningkat menjadi 1.085 jiwa/km2. Jika dilihat dari
klasifikasi kategori kepadatan penduduk menurut standar yang ada Kota Pariaman
termasuk dalam kategori kepadatan sangat rendah (< 5000 Jiwa/km2).
Lebih jelasnya kepadatan penduduk Kota Pariaman dapat dilihat pada Tabel
2.3.
Pada
tahun 2010 Kecamatan Pariaman Tengah merupakan kecamatan yang memiliki penduduk
terbanyak dengan jumlah penduduk 29.180 jiwa, sedangkan Kecamatan Pariaman Utara
didiami oleh 19.344 jiwa, Kecamatan Pariaman Selatan 16.161 jiwa, dan Kecamatan Pariaman Timur 14.968.
Kepadatan
penduduk Kota Pariaman terlihat tidak merata di setiap Kecamatan. Kecamatan Pariaman Tengah merupakan yang
tertinggi yaitu 1.860,97 jiwa/km2, sedangkan Pariaman Utara memiliki
kepadatan 828,44 jiwa/km2, Pariaman Selatan 960,82 jiwa/km2,
dan Pariaman Timur 854,83 jiwa/km2 .
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk
dan Tingkat Kepadatan Kecamatan
Kota Pariaman Tahun 2010
No.
|
Kota Pariaman
|
Luas (km2)
|
Jumlah Penduduk
|
Laju Pertumbuhan Penduduk
|
Kepadatan Penduduk
|
RTS*
|
1
|
Pariaman
Utara
|
23,35
|
19.344
|
-
|
828,44
|
1.140
|
2
|
Pariaman
Tengah
|
15,68
|
29.180
|
-
|
1.860,97
|
1.542
|
3
|
Pariaman
Selatan
|
16,82
|
16.161
|
-
|
960,82
|
1.214
|
4
|
Pariaman
Timur
|
17,51
|
14.968
|
-
|
854,83
|
1.498
|
Total
|
73,36
|
79.653
|
1,46
|
1.085,78
|
5.394
|
Sumber :
Pariaman dalam Angka 2011
* Sumber : PPLS 2011 (penduduk dengan penghasilan
dibawah 40 %)
Dari
Tabel 2.4. terlihat bahwa luas wilayah Kota Pariaman 73,36 Km dengan jumlah
penduduk 79.653 jiwa, merupakan kota yang tergolong kecil jika dibandingkan
dengan Kota Padang sebagai ibukota propinsi. Namun begitu, Kota Pariaman hampir
memiliki jumlah penduduk yang sama dengan kota-kota lainnya di Sumatera Barat
seperti Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto dan Kota Solok serta Kota
Payakumbuh.
Kepadatan
penduduk Kota Pariaman terlihat tidak merata di setiap Kecamatan. Kecamatan
Pariaman Tengah yang wilayahnya paling kecil 15,16 Km2 tapi
mempunyai kepadatan penduduk yang sangat tinggi 1.911,6 jiwa/Km2
dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini menyebabkan lingkungan hidup di
Kecamatan Pariaman Tengah ini juga mendapatkan tekanan yang paling tinggi pula
bahkan melebihi dua kali lipat wilayah Kecamatan lainnya. Kecamatan Pariaman
Selatan dengan wilayah 16,22 Km2 mempunyai kepadatan penduduk
sebanyak 988,3 jiwa/Km2 atau hampir setengah kepadatan penduduk di
Kecamatan Pariaman Tengah.
Kecamatan
Pariaman Timur dengan luas wilayah 18.41 Km2 mempunyai kepadatan
penduduk sebesar 809 jiwa per Km2, sedangkan wilayah Kecamatan
Pariaman Utara adalah wilayah yang terluas diantara Kecamatan lainnya, yaitu
23,57 Km2 kepadatan penduduknya 813,2 jiwa/Km2.
Dari
data di atas dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pariaman Tengah mendapat tekanan
yang paling tinggi dari sisi jumlah penduduk dan Kecamatan Pariaman Timur
mendapatkan tekanan paling rendah. Kecamatan kepadatan tertinggi adalah
kecamatan Pariaman Tengah yang merupakan Ibu kota Kota Pariaman. Kepadatan
jumlah penduduk pada kecamatan ini tidak lepas dari historis perkembangan
wilayah yaitu sebagai Ibu kota Kabupaten Padang Pariaman sekaligus juga pusat
kegiatan perkonomian Kota Pariaman.[12]
Tinggi-rendahnya
tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah akan langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kesempatan-kesempatan ekonomi. Pada wilayah agraris
terutama perdesaan, maka kesempatan ekonomi erat kaitannya dengan kepemilikan
dan luas ke-pemilikan lahan pertanian. Semakin padat penduduk, maka semakin
sempit pemilikan dan penguasaan lahan, dan berarti semakin sedikit produksi
yang dapat dihasilkan per individu. Semakin padat juga berpengaruh terhadap
nilai lahan, baik itu untuk keperluan pertanian maupun pemukiman. Biasanya
penduduk miskin akan banyak kehilangan kesempatan-kesempatan ekonomi karena
pengaruh kepadatan penduduk yang tinggi.
Grafik 2.1. Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pariaman
Tahun 2010
Jika
ditinjau komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis
kelamin perempuan 50,86% sedangkan persentase berjenis kelamin laki-laki hanya
49,14%. Artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Pariaman
tidaklah begitu mencolok perbedaannya. Namun sangat berbeda di Kecamatan
Pariaman Tengah dimana jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah
perempuan (Tabel 2.5). Hal ini disebabkan karena Kecamatan Pariaman Tengah ini
adalah pusat pemerintahan, maka jumlah laki-laki lebih dipengaruhi oleh jumlah
pegawai negeri yang dominan dan menetap di Ibukota Pariaman. [13]
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk
Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin
Kota Pariaman
tahun 2010
No
|
Kecamatan
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
Pariaman
Tengah
|
14.529
|
14.651
|
29.180
|
2
|
Pariaman
Utara
|
9.421
|
9.923
|
19.344
|
3
|
Pariaman
Selatan
|
7.924
|
8.237
|
16.161
|
4
|
Pariaman
Timur
|
7.349
|
7.619
|
14.968
|
Total
|
39.223
|
40.430
|
79.653
|
Sumber
: Pariaman dalam Angka Pariaman, 2011
Dari
Tabel 2.5 terlihat keempat kecamatan yang ada di Kota Pariaman memiliki jumlah
penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Keadaaan
penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang
dilaksanakan Pemerintah Kota Pariaman. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti
dengan kualitas penduduk yang memadai merupakan pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika tidak
diikuti dengan tingkat kualitas yang memadahi menjadikan penduduk tersebut
hanya sebagai beban pembangunan.
Dari berbagai hasil sensus, survei maupun
pencatatan administrasi penduduk diketahui bahwa jumlah penduduk Kota Pariaman
secara absolut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pertambahan
jumlah penduduk tersebut akibat dari angka kelahiran yang masih cukup tinggi
dibandingkan dengan angka kamatian yang relatif masih rendah, sedangkan
pengaruh perpindahan (migrasi) sangat kecil.
Isu kawasan perencanaan diperkirakan akan mempengaruhi perkembangan
Kota Pariaman, sehingga pada masa yang akan datang perkembangan jumlah
penduduk akan menunjukkan pertumbuhan
yang cukup signifikan. Oleh karena itu, proyeksi penduduk 10 tahun ke depan
menggunakan asumsi pada Pertumbuhan
Geometri sehingga diperkirakan jumlah penduduk Kota
Pariaman sampai tahun 2018 akan berjumlah 86.590 jiwa atau mengalami penambahan sebanyak 6.937 jiwa.
Adapun
Rumus yang digunakan sebagai berikut :
Pn = P0 (1+r)n
dengan :
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun
P0 =
Jumlah penduduk pada awal tahun
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n =
Periode waktu dalam tahun
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.6.[14]
Tabel 2.6.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Kota Pariaman
Tahun
|
Jumlah Penduduk (jiwa)
|
|
2011
|
80.609
|
|
2012
|
81.576
|
|
2013
|
82.555
|
|
2014
|
83.546
|
|
2015
|
84.548
|
|
2017
|
85.563
|
|
2018
|
86.590
|
Sumber : Hasil Analisis Bappeda
Proporsi jenis lapangan kerja yang digeluti oleh penduduk Kota pariaman
dapat dilihat pada Tabel 2.7. Dari 9 (sembilan) jenis sektor ekonomi yang ada,
sektor yang terbesar menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa. Penyerapan
tenaga kerja sektor ini selalu meningkat. Hal ini memang umumnya terjadi pada
wilayah dengan karakteristik perkotaan dimana sektor jasa biasanya mendominasi
perekonomiannya.
Tabel 2.7.
Distribusi Pekerjaan Penduduk
Kota Pariaman
No
|
Lapangan
Pekerjaan
|
Jumlah
|
1
|
Jasa
|
10.387
|
2
|
Perdagangan
|
8.396
|
3
|
Pertanian
|
4.046
|
4
|
Industri
|
4.023
|
5
|
Konstruksi
|
2.214
|
6
|
Transportasi dan Komunikasi
|
1.807
|
7
|
Keuangan
|
630
|
8
|
Pertambangan dan Penggalian
|
268
|
9
|
Listrik, Gas dan Air
|
161
|
Total
|
31.932
|
Sumber :Statistik Angkatan Kerja 2010, BPS
Dari grafik 2.2. terlihat pada tahun 2010, daya
serap sektor jasa mencapai 32,52 persen. Sektor kedua yang terbanyak menyerap
tenaga kerja adalah Sektor perdagangan (26,29 %). Sedangkan sektor yang paling
sedikit menyerap tenaga kerja adalah Sektor Listrik, gas dan Air (0,50%).
Grafik 2.2. Grafik Distribusi
Mata Pencarian Penduduk Kota Pariaman Tahun 2010
Gambar 2.8. Peta
Sebaran Kepadatan Penduduk Kota Pariaman
2.4
Ketersediaan sarana pendidikan dan kesehatan
Kebutuhan
akan pendidikan merupakan hak dasar rakyat seperti tertera dalam UUD 1945 Pasal
31 dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembangunan pendidikan seperti halnya kesehatan adalah investasi bangsa dan
juga investasi keluarga, karena berhubungan erat dengan produktivitas dan
kesempatan sosial, ekonomi, maupun politik.
Pada
tahun 2009 jumlah sarana pendidikan pra sekolah yang terdapat di Kota Pariaman
adalah 29 buah TK, dengan murid sebanyak 1.147 siswa yang tersebar di 65 kelas
dan diajar oeh 105 orang guru.
Sarana
pendidikan dasar baik negeri maupun swasta yang terdapat di Kota Pariaman
sepanjang tahun 2009 tercatat sebanyak 72 SD negeri dan 2 buah SD swasta. Pada
tahun 2009 tercatat 11.004 murid yang belajar di Sekolah Dasar negeri.
Sedangkan yang tercatat aktif belajar di Sekolah Dasar Swasta adalah 233 siswa.
Jumlah guru yang mengajar di SD adalah sebanyak 663 orang tercatat mengajar di
SD Negeri dan sebanyak 15 orang mengajar di SD Swasta.
Jumlah
sarana Pendidikan Menegah yang terdapat di Kota Pariaman selama tahun 2009
yaitu 9 sekolah SLTP Negeri. Data jumlah murid yan belajar di tingkat SLTP
adalah sebesar 4.705 siswa yang diajar oleh 374 guru dan 134 kelas.selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 2.9.[15]
Tabel.
2.9.
Sarana
Pendidikan Kota Pariaman tahun 2010
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah sekolah
|
Jumlah murid/ siswa/mahasiswa
|
Jumlah guru/
dosen/asisten
|
Jumlah ruang kelas
|
TK
|
30
|
1.143
|
138
|
65
|
SD
|
79
|
11.237
|
678
|
454
|
SLTP
|
9
|
4.705
|
374
|
134
|
SMA/SMK
|
12
|
606,122
|
592
|
163
|
Perguruan Tinggi
|
7
|
2.334
|
246
|
19
|
Sumber
: Pariaman dalam Angka 2011
Pada
tahun 2010 jumah Puskesmas Kota Pariaman yaitu 6 Puskesmas induk, 12 buah
Puskesmas Pembantu, serta 14 buah Puskesmas Keliling.
Tabel.
2.12.
Jumlah
Sarana Pelayanan Kesehatan
Kota
Pariaman
Tahun
2011
No
|
Fasilitas Kesehatan
|
Pemilikan/Pengelola
|
|||
Pem.Prov
|
Pem.Kab/Kota
|
Swasta
|
Jumlah
|
||
1
|
Rumah Sakit Umum
|
1
|
1
|
-
|
2-
|
2
|
Rumah Sakit Bersalin
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3
|
Puskesmas Perawatan
|
-
|
1
|
-
|
1
|
4
|
Puskesmas Non
Perawatan
|
-
|
5
|
-
|
5
|
5
|
Puskesmas Keliling
|
-
|
12
|
2
|
14
|
6
|
Puskesmas Pembantu
|
-
|
12
|
-
|
12
|
7
|
Rumah Bersalin
|
-
|
-
|
8
|
8
|
8
|
Balai
Pengobatan/Klinik
|
-
|
-
|
9
|
9
|
9
|
Praktik Dokter
Bersama
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
Praktik Dokter
perorangan
|
-
|
-
|
103
|
103
|
11
|
Praktik Pengobatan
Tradisional
|
-
|
-
|
1
|
1
|
12
|
Polindes
|
-
|
14
|
-
|
14
|
13
|
Poskesdes
|
-
|
29
|
-
|
29
|
14
|
Posyandu
|
-
|
133
|
-
|
133
|
15
|
Apotek
|
-
|
11
|
-
|
11
|
16
|
Toko Obat
|
-
|
-
|
8
|
8
|
17
|
GFK
|
-
|
1
|
-
|
1
|
18
|
Industri Obat
Tradisonal
|
-
|
-
|
0
|
0
|
19
|
Industri Kecil Obat
Tradisional
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Sumber : DKK Pariaman[16]
v Umur Median
ö lMd à Batas bawah
kelompok umur N/2
ö N à Jumlah penduduk total
ö fx à Jumlah penduduk kumulatif
sampai
dengan kelompok umur N/2
ö fMdà Jumlah penduduk pada kelompok N/2
ö i à Kelas interval umur
Imd
= 20
N = 79.043 =
39.521,5 (angka ini berada pada
kelompok usia
2 2 dengan jumlah komulatif 38.953).
Me = tb + ( 1/2
n – fk ) C
f1
= 19,5 + ( 39.521,5 – 38.953 ) 5
79.043
= 19,5 + ( 568,5
) 5
79.043
= 19,53595
Jadi, berdasarkan Sensus
Penduduk 2010,umur median penduduk Kota Pariaman yaitu 19,53595.
v Depedensi Rasio
SR = Laki-laki x 100
Perempuan
= 38.922 x 100
40.121
= 97,01
Komentar
Posting Komentar